Memahami
Permainan Layang-Layang Politik Jokowi
Pemahaman pertama dan utama rakyat jika dengar kata ‘Jokowi’
adalah sosok presiden RI ke-7, dan tak ada kaitannya dengan paket Jokowi-JK. Paket
ini hanya ada dan dihidupkan hanya untuk meraih suara Pilpres 9 Juli 2014. JK
tidak sekedar ban serep, oknum wapres ini punya mainan sendiri, punya kapling
strategis, punya jalur khusus. Ban serep menggelinding sendiri, bahkan siap-siap
menyalip ban utama. Masalah waktu dan
kesempatan.
100 hari pertama, sesuai prakiraan rakyat awam yang melek
politik, sesuai praduga masyarakat papan bawah yang punya hak pilih saat jelang
Pemilu 9 April 2014, sesuai prasangka penduduk obyek politik praktis, peran
tukang gulung benang/tali layang-layang Jokowi bebas bertindak. Nyaris tak ada
kontak dengan si pemberi aba-aba. Punya mau sendiri. Mengandalkan pengalaman
sebagai tikang gulung yang merasa lebih cepat, lebih tegas. Tak ada pakem yang
ditaati. Bahkan tak memperhatikan posisi layang-layang. Terbukti secara
politis, tukang gulung bukan wapres tapi bandar/sponsor politik Jokowi. JK
tampil juang tampang saat ada peliputan, tayangan langsung oleh kawanan media
masa.
Pawang angin malah main untuk dirinya sendiri. Menghembuskan
angin cikal bakal badai. Menggalang angin politik berbasis sentimen dan
meniupkannya agar layang-layang oleng. Angin politik Nusantara bergerak bebas.
Tak jelas arah tujuannya. Sekedar mewujudkan suasana inkonstitusional. Sekedar
mengaduk-aduk emosi rakyat. Iklim politik menjadi acuan utama untuk menentukan
arah dan nasib bangsa melalui kebijakan pemerintah.
Pawang politik berharap layang-layang Jokowi nampak tenang,
tidak bisa geleng-geleng. Bisanya hanya mengangguk-angguk, bergerak naik turun
sesuai kuasa tukang gulung benang/tali, nasib layang-layang Jokowi atau Jokowi
tergantung siapa yang main tarik ulur [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar