Halaman

Minggu, 08 Maret 2015

memahami permainan layang-layang politik Jokowi

Memahami Permainan Layang-Layang Politik Jokowi



Pemahaman pertama dan utama rakyat jika dengar kata ‘Jokowi’ adalah sosok presiden RI ke-7, dan tak ada kaitannya dengan paket Jokowi-JK. Paket ini hanya ada dan dihidupkan hanya untuk meraih suara Pilpres 9 Juli 2014. JK tidak sekedar ban serep, oknum wapres ini punya mainan sendiri, punya kapling strategis, punya jalur khusus. Ban serep menggelinding sendiri, bahkan siap-siap menyalip ban utama. Masalah  waktu dan kesempatan.

100 hari pertama, sesuai prakiraan rakyat awam yang melek politik, sesuai praduga masyarakat papan bawah yang punya hak pilih saat jelang Pemilu 9 April 2014, sesuai prasangka penduduk obyek politik praktis, peran tukang gulung benang/tali layang-layang Jokowi bebas bertindak. Nyaris tak ada kontak dengan si pemberi aba-aba. Punya mau sendiri. Mengandalkan pengalaman sebagai tikang gulung yang merasa lebih cepat, lebih tegas. Tak ada pakem yang ditaati. Bahkan tak memperhatikan posisi layang-layang. Terbukti secara politis, tukang gulung bukan wapres tapi bandar/sponsor politik Jokowi. JK tampil juang tampang saat ada peliputan, tayangan langsung oleh kawanan media masa.

Pawang angin malah main untuk dirinya sendiri. Menghembuskan angin cikal bakal badai. Menggalang angin politik berbasis sentimen dan meniupkannya agar layang-layang oleng. Angin politik Nusantara bergerak bebas. Tak jelas arah tujuannya. Sekedar mewujudkan suasana inkonstitusional. Sekedar mengaduk-aduk emosi rakyat. Iklim politik menjadi acuan utama untuk menentukan arah dan nasib bangsa melalui kebijakan pemerintah.


Pawang politik berharap layang-layang Jokowi nampak tenang, tidak bisa geleng-geleng. Bisanya hanya mengangguk-angguk, bergerak naik turun sesuai kuasa tukang gulung benang/tali, nasib layang-layang Jokowi atau Jokowi tergantung siapa yang main tarik ulur [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar