Halaman

Rabu, 18 Maret 2015

koruptor, pahlawan ideologi bagi kawanan parpol

Koruptor, Pahlawan Ideologi Bagi Kawanan Parpol


Aroma irama dan syahwat politik mampu merasuki bahkan mendominasi tatanan dan tataran kehidupan berbangsa dan bernegara, di semua tingkatan penyelenggara negara. Emosi rakyat diaduk dan diudak secara masif, terstruktur dan berdampak sistemik dalam format pesta demokrasi lima tahunan.

Bandar politik sampai kurir politik tidak belajar dari sejarah, belajar tetapi untuk membuktikan hal sebaliknya. Ketika para pendiri negara, pasca digodok dalam kawah candradimuka penjara penjajahan kolonial, tanpa diminta bangkit menjadi Proklamator, tanpa mencalonkan diri tampil sebagai pemimpin negara. Sekarang, para petinggi parpol yang kebagian kursi trias politika, belum jatuh tempo sudah masuk penjara. Status tersangka sampai menjadi terpidana. Pasal tipikor dengan gemilang berhasil menambah populasi koruptor wakil parpol.

70 tahun Indonesia merdeka, kita masih minim binti minus negarawan tapi surplus koruptor. Kita masih dininabobokan oleh penjajah, yang menjadikan kita serba malas. Rasa malas diimbangi dengan gerak cepat menafsirkan, oleh cepat menyimpulkan, ahli cepat mengartikan bahwa ideologi bisa diwariskan ke anak cucu. Merasa menjadi anak ideologis Proklamator yang nyaris menjadi presiden semumur hidup. Merasa bisa memimpin negara.

Warisan ideologi semangkin membangkitkan gairah untuk menjadikan negara sebagai warisan. Politik aji mumpung menjadi pakem para kawanan parpolis. Mumpung kuasa, kalau tidak sekarang, dalam periodenya, kapan lagi. Kesempatan korupsi tidak datang dua kali apalagi berulang. Pakai pepatah “sekali korupsi, dua tiga generasi tercukupi, 7 turunan terpenuhi”. [HaeN]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar