Halaman

Senin, 11 Agustus 2014

Waspadai Indeks Gempa Politik Indonesia

 Politika     Dibaca :34 kali , 0 komentar

Waspadai Indeks Gempa Politik Indonesia

 Ditulis : Herwin Nur 10 Agustus 2014 | 07:38

Biro Pusat Statistik (BPS), telah mengeluarkan berita resmi statistik,  No. 45/06/Th. XVII, 2 Juni 2014 tentangIndeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2013 sebesar 65,11 pada skala 0–100. Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di Indonesia pada tahun 2013. Nilai indeks 100 merefleksikan kondisi sangat bahagia. Sebaliknya, angka indeks 0 menggambarkan kehidupan individu yang sangat tidak bahagia. 
Indeks Kebahagiaan Indonesia merupakan indeks komposit yang diukur secara tertimbang dan mencakup indikator kepuasan terhadap 10 domain kehidupan yang esensial. Sepuluh domain secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan, meliputi kepuasan terhadap: (1) pekerjaan, (2) pendapatan rumah tangga, (3) kondisi rumah dan aset, (4) pendidikan, (5) kesehatan, (6) keharmonisan keluarga, (7) hubungan sosial, (8) ketersediaan waktu luang, (9) kondisi lingkungan, dan (10) kondisi keamanan. 
Andai tahun 2014 ini kita disurvei, indeks kebahagiaan bisa bicara lain atau malah menunjukkan angka/nilai indeks yang tak diharapkan. Pesta demokrasi nasional 9 April 2014 dan 9 Juli 2014 masih menyisakan trauma politik. Bahkan, disinyalir sebagai awal gegar dan gempa politik lima tahunan. Piala Dunia 2014 sekedar menurunkan tensi politik sesaat. Hakikat Ramadhan pun tak membekas di jiwa raga para pekerja politik, nafsu syahwat politik paling dominan. 
Industri politik Nusantara dalam dua periode 2004-2009 dan 2009-2014 atau saru dekade, seolah di bawah satu kendali. Padahal terjadi pertarungan politik, tanpa mengenal etika. Paling tidak terbukti, lepas periode SBY, kawanan parpolis, koalisi maupun oposisi banci, bak lepas dari pingitan. Menunjukkan watak dan wajah aslinya. Di pihak lain, Indonesia menjadi daya tarik investor politik asing untuk menanamkan modal, sekaligus mengembangkan kekuasaan dan pengaruhnya. 
Manusia gerbong politik Indonesia, mulai dari akar rumput sampai rumput liar, yang masuk kategori uneducated atau yang berani tampil beda, tentunya sudah tersentuh peradabab politik. Sudah memahami kalkulasi politik, yang intinya no free lunch. Mereka hanya berharap adanya politik balas jasa, bukan politik balas dendam. 
Kuman ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) di seberang lautan, daya jelajah, daya jangkau dan daya rusaknya menghantui kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kita lupa adanya gajah di pelupuk mata. Ironisnya, ormas Islam tidak satu kata dalam menghadapi ISIS. Aparat keamanan kebakaran jenggot. Diperparah dengan teror virus Ebola, entah versi atau sekenario negara adidaya atau bukan, menyapa ramah bangsa Indonesia. Kita lupa, virus politik menjadikan bangsa kita rentan, rawan dan riskan berbagai intervensi atau campur tangan asing. Bahkan dalam skala tertentu, virus politik menjadi senjata makan tuan, melebihi ganasnya parasit kehidupan. 
Andai indeks gegar dan gempa politik Indonesia pada kisaran 65,11 kita harus waspada. Angka/nilai indeks 65,11 dikonversikan ke skala Richter, terdapat :
“Skala Richter 6 terasa oleh semua orang. Banyak yang lari keluar karena terkejut dan takut. Pejalan kaki terganggu. Kaca jendela, barang pecah-belah akan pecah. Barang-barang kecil dan buku-buku jatuh dari tempatnya. Gambar-gambar jatuh dari dinding. Mebel-mebel bergerak dan berputar. Plesteran dinding yang lemah akan pecah atau retak, radius pengaruh gempa 700 km, tergolong kuat dan intensitasnya merusak.” 
Tentunya, Indeks Kebahagiaan berdasarkan rincian karaktersitik ekonomi dan demografi yang dipakai BPS yaitu : klasifikasi wilayah (tinggal di perkotaan atau di perdesaan), rata-rata pendapatan keluarga sebulan, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, kelompok umur, status perkawinan dan banyaknya anggota rumah tangga, dapat dan layak dipakai [HaeN/wasathon.com]. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar