Halaman

Sabtu, 02 Agustus 2014

PEROKOK DAN KEBEBASAN MEDIA MASSA


Beranda » Berita » Opini
Rabu, 08/02/2006 02:33
PEROKOK DAN KEBEBASAN MEDIA MASSA

Di NKRI ini kebebasan telah menjadi dasar hak asasi manusia, khususnya dalam menyatakan jati dirinya. Menyantumkan nama marga atau suku bangsa; memajang nama yang menunjukkan garis keturunan darah biru utawa anak keturunan dari orang bernama merupakan hak asasi yang kodrati dan alami. Proses penyataan diri telah mengalami kemajuan secara radikal. Masing-masing individu mempunyai pola dan modus yang tak bisa disamaratakan. Masing-masing mengklaim dirinya sebagai pencetus ide porno ragam, proklamator gerakan moral sampai merasa sebagai pembawa berita kedamaian dan kepedulian ummat.

Pembanding, tatkala Charles Darwin, bapak monyet dunia, mengatakan bahwasanya manusia akan berulah untuk membedakan dirinya dengan monyet. Mungkin karena teorinya mengungkapkan banyak persamaan antara manusia dengan monyet. Ingin beda, makanya antara lain karena monyet tidak merokok, maka orang utawa manusialah yang merokok! Coba, kalau monyet dari sononya sudah merokok pasti dan bisa dipastikan orang utawa manusia tadi tidak merokok. Takut dipersamakan dengan nenek moyangnya. Apa hubungannya dengan kebebasan media massa !? (bersambung)



Beranda » Berita » Opini
Jumat, 10/02/2006 10:21
PEROKOK DAN KEBEBASAN MEDIA MASSA (2)
Tatkala meminum rokok dilarang, sedangkan pabrik rokok tetap jalan. Dilarang menegak miras, padahal miras menambah devisa. PSK jalanan dirazia, PSK gedongan atau lokalisasi judi yang kurang bagi hasilnya siap-siap digrebeg aparat keamanan.

Apa hubungan antara perokok, penjudi dan PSK. Dengan modal mata untuk membaca dan melihat, kita bisa menikmati produk cetak maupun tayangan media massa. Si pencetak maupun si penayang hanya memikirkan aspek keuntungan finansial saja, tak kurang dan tak lebih. Dampak buruk atau efek samping media massa menjadi urusan, tanggung jawab pembaca / pemirsa. Kalau tak mau terlibat dan terlibas revolusi moral media massa cukup tutup mata! Berita memang disampaikan apa adanya, spontan, polos sesuai aselinya. Kalau hasil rekayasa akan segera ketebak apa maunya.

Dikejar jam cetak / tayang menjadikan spontanitas, apalagi tanpa melalui prosedur pemilihan / pemilahan berbasis norma wong timur, yang penting ada. Hantam kromo. Yang maya bisa divisalkan. Mimpi pun bisa diformulasikan dalam berbagai babakan kehidupan. Bagi cetak / tayang yang berdasarkan survei masih dibutuhkan pembaca / pemirsa bisa dibuat berkelanjutan. Dari sisi lain, pencarian untung semata tadi terkadang akan membutakan mata hati. Bahkan kaum penjajah tak perlu datang ke nusantara. Cukup memanfaatkan media massa versi NKRI. Dampaknya sudah kira rasakan. Kita tak hanya sudah kebakaran jenggot saja. Kebakaran mata!!! (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar