Halaman

Minggu, 10 Agustus 2014

TOKOH PANUTAN vs TOKOH PEMANUT

Suara Rakyat, Majalah MPR Edisi No.05/Th.V/Mei 2011
TOKOH PANUTAN vs TOKOH PEMANUT

Secara politis dan konstitusional, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara NKRI mengalami pasang surut bak lautan. Tak jarang bertengger di titik nadir, karena ulah dan polah kawanan parpolis. Bhinneka Tunggal Ika masih layak diterapkan dalam menghadapi keanekaragaman parpol. Koalisi parpol periode 2009-2014 menunjukkan betapa rapuh dan ringkihnya parpol dalam melaksanakan amanah rakyat. Koalisi bukanlah poros kekuasaan dan kekuatan penyelenggara negara, apalagi bak gapit wayang kulit. Tersirat adanya “pengendali” di balik kekuasaan formal. Ibarat dunia wayang, cerita persilatan, jika ada penguasa, di baliknya pasti ada tokoh kuat yang notabene sebagai pondasi maupun poros. Posisi tokoh di balik layar, atau aktor intelektual multi fungsi.

Di era Orde Baru, di balik ketiak pak Harto terdapat sederet tokoh yang perannya tidak bisa dianggap enteng. Mulai dari leuarga besar, tokoh loyal, tokoh spritiual, tokoh teritorial, atau yang masuk kategori nepotisme dan kolusi (KKN). Saat ini memang dikondisikan ABS, maka tanpa komando beriringan berdiri [paling depan di belalkang pak Harto. Tokoh yang mbalelo, selain akan dirangkul atau didengkul. Tokoh berseberangan cukup banyak, lebih banyak yang tunggu bola atau bola liar. Begitu gawang pak Harto jebol, bermunculan para pemain yang merasa bisa dan merasa banyak jasa dalam menlengserkeprabonkan Bapak Pembangunan. Bak cendawan di musim hujan, timbul dan muncul reformis dari segala penjuru tanah air. Banyak yang merasa bisa menjadi RI-1 denga modal sebagai pendiri parpol atau pemai di belakang layar atas terjadinya berbagai peristiwa.

Tekanan sejarah menyebabkan manusia Indonesia tidak kreartif dan inovatif, khususnya para politisi. Tampilan mereka yang diliput media masa membuktikan bahwa mereka pandai mengomentari kinerja orang lain. Saling debat, adu argumentasi, baku mult, buka-bukaan pasal hukum, unjuk gigi, pamer bego menjadi aktraksi TV yang dipertontonkan. Kondisi ini secara nyata malah membuktikan bahwa kawanan politisi lebih dominan menjadi pengomentator yang brilian daripada pemain papan bawah. Dicuci oleh sejarah yang malah melahirkan kawanan politisi dengan kategori pembebek atau yesmen, ABS, yang penting selamat, utamakan keamanan diri pribadi, selamatkan diri masing-masing, dagang sapi, pokoknya balok modal, pagi kedelai sore tempe, tak ada sekutu abadi dan atau tak ada seteru kekal. Sudah kehendak sejarah, seolah susah lahir tokoh panutan.


-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar