Senin,
04/06/2007 08:49
MENANTI TRAGEDI
kita
hidup dan menghirup udara di Nusantara ini berjalan alami, tanpa perencanaan
yang kompleks, rumit, pelik dan muskil.
celakanya,
alam memang memanjakan kita.
usai
buka mata di pagi hari sampai pagi berikutnya seandainya kita tanpa upaya,
tetap akan hidup.
seandainya
kita tak peduli pada lingkungan, negara ini tetap jalan.
seandainya
kita tidak berjalan, malah tidak menambah beban lalulintas.
seandainya
kita tidak aktif di partai politik, negara ini tetap akan jalan.
seandainya
......... kemanjaan kita semangkin menjadi-jadi.
ada
yang asal jadi, yang penting jadi.
jadilah
negara ini berjalan seolah tanpa perencanaan.
hukum
sebab-akibat yang dipentingkan.
jadilah
kita hanya menunggu dan menanti, tanpa perlu berupaya, apalagi merintis menuju
masa depan yang lebih baik dari masa sekarang.
kita
tidak peka terhadap tanda-tanda alam, apalagi terhadap tanda-tanda zaman.
yang
penting hari ini kenyang, besok cari utawa curi lagi.
ini tak berarti bagi koruptor klas
manipulator, selagi bisa dicuri, curi semua jangan ada yang tersisa.
begitu
ada musibah kita baru ingat.
begitu
ada bencana kita baru merasa.
begitu
ada duka kita baru sadar.
begitu
ada kecelakaan kita baru tergugah.
begitu
ada nestapa kita baru terjaga.
begitu
ada tragedi kita baru ....... kita memang selalu menunggu tragedi.
yang
penting harus ada yang disalahkan, dikambinghitamkan atau bahkan dikorbankan
demi kepentingan sesat dan sesaat.
kita
bisanya cuma menyalahkan, menggerutu dan menyesali nasib. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar