SUARA RAKYAT. Majalah MPR EDISI
NO.07/TH.VI/JULI 2012
Gerakan Aneh 1 April 2012
Aneh, sinetron picisan yang ditayangkan TV
swasta menampilkan pemain utama pria berbusana jas lengkap. Tidak sesuai dengan
situasi cerita serta bertolak belakang dengan kondisi bangsa.
Rakyat berjibaku menyingsingkan lengan baju,
peras otak, banting tulang. Mengais
rezeki untuk isi perut sehari. Kaki
dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki. Kencangkan ikat pinggang sampai ukuran
terkecil.
Adanya nasi kucing membuktikan betapa nilai
ratusan rupiah masih laku. Di kehidupan lain, di panggung politik, uang
miliaran rupiah dianggap biasa, lumrah dan wajar. Tidak ada kode etik
antarkawanan parpolis dalam mengeruk uang negara, mendulang uang rakyat. Urusan
rupiah tidak ada istilah sekutu abadi atau seteru sampai mati. Demi rupiah, apa
pun dikorbankan, siapa pun dijadikan tumbal.
Aneh lagi, pergerakan manusia dan barang
bisa memengaruhi harga jual sembako. Semakin jauh perjalanan, semakin mahal
harga jual sembako. Dari petani atau produsen untuk sampai ke pembeli, pemakai,
pemanfaat memerlukan “perjalanan”
birokratif. Setiap meja butuh sekian
rupiah, setiap kilometer perlu sekian rupiah.
Kalkulasi aneh, pesta demokrasi lima tahunan,
dalam praktiknya berbasis untung rugi. Menjadi wakil rakyat hakekatnya beli kursi,
karena no free lunch. Budaya korupsi belum bisa balik modal. Isi perut
bumi dikuras habis oleh tangan asing. Hutan kayu dibabat habis untuk
kepentingan negara lain. Laut dikuras langsung oleh mancanegara tanpa reaksi.
Barang impor murahan tanpa kualitas jelas, demi perdagangan bebas.
Sudah tidak aneh lagi, harga BBM, khususnya
premium, dibulatkan ke atas. Dampaknya,
sangat aneh, bisa memengaruhi ke semua aspek kehidupan. Orang beli motor dengan
pertimbangan praktis dalam transportasi, sampai anak SD pun pakai motor ke
sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar