Halaman

Jumat, 29 Agustus 2014

PETA SINETRON vs PETA POLITIK

Beranda » Berita » Opini
Selasa, 27/06/2006 03:44

PETA SINETRON vs PETA POLITIK

Semangat reformis dibilang hanya mengulang sejarah, hanya lebih hati-hati dan terbuka. Semisal mengapa orang berperilaku korup. Hasil penyelidikan di atas kertas maupun di atas rumput membuktikan bahwa para pelaku tipikor dibagi menjadi dua kutub. Semua berbasis hukum. Mulai dari yang buta hukum sampai yang kebal hukum. Kita tinggal pilih kutub yang mana sesuai selera dan itikad, yang jelas jangan coba-coba. Malah mahal di ongkos dan biaya perkara. Acuan untuk berkorupsi secara elegan, pokoknya yang masuk kutub kebal hukum, tokohnya masih hidup.

Di sinetron (singkatan dari sinematografi elektronik ?) yang ditayangulangkan liwat media elektronika utawa layar kaca tersirat berbagai delik. Mulai dari penyaluran bakat sampai ingin berakrobat. Orang cari duit dengan berakrobat di darat dan udara walau dibilang masuk hiburan mata dan nyali. Laiknya penyanyi, bukannya cari duit! Malah harus keluar duit untuk bisa manggung di layar kaca. Tampil di layar kaca atau media massa pada umumnya sebagai ajang promosi.

Bahkan kulit itnta yang di satu sisi dianggap kurang ajar, di sisi lainnya campur tangannya diharapkan, khususnya untuk mendongkrak polularitas. Harus punya modal tak sekedar modal, kalau perlu menggadaikan yang masih di dahan. Prinsip ijon berlaku atau terasa usang. Posisi tawar-menawar jelas tak memakai pasal dan secara moral antar pelaku bisa mengikat. Masing-masing pegang kunci atau kelemahan pihak lawan.

Aturan main berdasarkan sistem arisan, jatah, kapling. Periode 2004-2009 jelang paruh jalan. Banyak politisi utawa politikus menyiapkan peluang. Mengatur dan merapatkan barisan bisa mulai dari atas. Siapa kuat rupiah akan bertindak sebagai pengarah. Yang di bawah tinggal mengamini. Yang kalah rupiah dikuatirkan akan merangkul dolar. Mencari bantuan tetangga. Isu teroris khususnya yang dituju Islam radikal menjadi senjata untuk meraih simpati. Jangan heran kalau investor asing masih melirik NKRI. Kata orang bijak, politik menghalalkan segala cara. Seperti yang dipraktekkan PKI sampai sekarang. (hn)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar