Halaman

Rabu, 25 Desember 2019

sila-sila Pancasila tergantikan oleh kebijakan partai


sila-sila Pancasila tergantikan oleh kebijakan partai

Padahal, oplosan yang tepat antara kecerdasan spiritual, emosional, inteligensi maupun sosial sudah menjadi menu harian oleh yang tak disadari rakyat. Sebuat saja, #NKRIhargamati. Bukan mufakat berdasarkan pandangan hidup “dari, oleh, untuk, karena”. Gaya rétorika parlemen jalanan, satire bebas atas “kemapanan politik”.

Tak dinyana, nusantara sarat faktor peubah  spiritualitas, moralitas, dan keadaban masyarakat. Spirit “right or wrong is my country” (baik atau buruk negaraku) ditelah mentah-mentah, utuh-utuh langsung dari sumbernya. Pemerintah macam begini, bergaya serba peka, sensitif terhadap kebebasan warga negaranya.

Ikhwal di atas, dimanfaatkan kawanan loyalis penguasa. Malah lebih beringas. Mengembangkan asas fasis. Haislnya, merasa berhak mengendus lawan politik. Sigap libas, tebas, lindas di tempat pihak yang mengotak-atik atau merongrong wibawa pemilik negara.

Akhirnya walau belum berkahir. Tanpa tahu kapan kejadiannya. Tahu-tahu masyarakat terjangkit penyakit politik. Anak bangsa pribumi nusantara, gamang dengan sebutan baik, benar, betul, bagus. Masuk stadium linglung bin.binti bingung tujuh turunan, tujuh tanjakan, tujuh belokan.

Bahasa globalnya, senang mengalami masa “disorientasi”, yakni kehilangan arah hidup.

Spirit solidaritas, kesetiakawanan sesama kawanan anggota partai, terasa hambar, semu, buatan tapi banyak penggemar. Agar tetap eksis, publikasi diri, pencitraan, pamer bégo menjadi pasal khusus bagi orang-orang berkebutuhan khusus. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar