#sigapMINUS24jam bijak
bertanya, sudah tahu vs daripada
Peribahasa “malu bertanya sesat di jalan”, seolah
mengalami evolusi. Atau ada yang sejenis. Semisal “banyak bertanya tanda orang
sesat”. Atau perihal sejenis, acap
diucap, belum dibakukkan. Lain halnya yang bersifat kedaerahan. Jika sudah
masuk bahasa gaul, menambah khazanah. Ungkapan agar memperjelas fakta.
Tentu beda dengan proses peradilan meja hijau. Menguak hal
yang tampak sepele, tentu butuh rangakaian pertanyaan yang tak sepele. Pandai-pandainya
pengacara mengolah pertanyaan. Tujuan utama agar kliénnya bebas dakwaan. Wajar,
namanya hukum. Bukan pada pasal yang dilanggar. Lebih kepada siapa yang
berbuat.
Bisa-bisa, pertanyaan yang umum, standar malah bisa memancing
emosi si penanya. Terjadi di lingkungan terkecil sampai di suasana
bermasyarakat. Terbiasa ketika orang bertanya alamat. Tanpa basa-basi. Praktis,
tahu sama tahu.
Komunikasi dalam keluarga, pertanyaan sederhana dengan
penuh rendah hati. Bukan jawaban yang didapat. Tak tergantung status sosial. Namanya
manusia yang tak akan lepas dari jati diri sebagai manusia seutuhnya. Pernik-pernik
kecil akan muncul jika diri sedang tak stabil. Bukan pengalaman atau hasil
penelitian disiplin ilmu tertentu. Hanya membaca fakta atau pratanda zaman. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar