Halaman

Minggu, 01 Desember 2019

dikotomi peremajaan generasi nusantara, lanjut usia vs larut umur


dikotomi peremajaan generasi nusantara, lanjut usia vs larut umur

Bonus demografi menjadi bahasan bahasa pembangunan. Membuktikan daya tahan anak bangsa pribumi nusantara. Semboyan “tua-tua kelapa. Semakin lama duduk malah tak bisa berbuat apa-apa”. Atas kehendak rakyat bersinergi dengan atas petunjuk bapak presiden.

Sibuk dengan aksi perletakkan batu pertama, penanaman kepala kerbau, blusukan ke daearah rawan pangan sampai sigap dengan atraksi pengguntingan pita peresmian, pembukaan. Pukul gong atau gelar karpet merah sambut tamu agung dari negara paling bersahabat. Jadwal kenegaraan sibuk sampai tak sempat tampil di panggung dunia.

Sikap apatis, apriori, pesimis anak bangsa melihat panggung politik nusantara. Tidak diimbangi dengan kaderisasi, kompetisi laga kandang sampai ajang pencarian bakat maupun sertifikasi cikal bakal. Bakat alam akan lebih diterima sentimen pasar.

Diyakini, nilai jual politisi sipil kian redup, pudar jika berseteru dengan mantan alat negara ataupun yang masih aktif. Stok, cadangan nasional politsi sipil didominasi pewaris politik. Membuat rakyat. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar