#sigapMINUS24jam berdoa
pun sudah tak
Berdoa menjadi hak milik semua makhluk ciptaan-Nya. Manusia
dengan sederet, setumpuk cerdas akal. Tampak bagaimana memposisikan doa. Doa religi
maupun doa sesuai adat, lingkungan, sosial atau tata kehidupan bersama. Formalitas
di awal kegiatan, kesibukkan, aktivitas rutin. Dipanjatkan di babak akhir,
penutup. Soal di tengah jalan, saat berproses, ingat judul “jika niat, kalau
sempat, andai kuingat”.
Penampang, profil kehidupan 24 jam. Landasan utama yang
menerus adalah doa. Fluktuasi, pasang surut, titik atau memanjang bukti bahwa
kekuatan doa. Redaksi doa bak daftar belanja harian teranyarkan. Merasa raihan
hari ini tak secerah kemarin, doa padat doa. Sebelumnya sudah berdoa, semoga
prestasi hari ini lebih bergensi daripada kemarin, yang sudah-sudah.
Bukan pada masalah adanya waktu dan tempat berdoa yang
mustajab. Manusia secara harian lupa mengoptimalkan waktu mustajab. Waktu khusus
yang diperuntukkan bagi umat Islam. Puncak nikmat lelap malam tersembunyi waktu
khusus. Pengorbanan untuk bangkit sementara yang lain sibuk bergelut dengan alam
mimpi indahnya.
Kembali ke sesuai judul. Tingkatkan suasana kebatinan,
masuk.
Membuka awal menu harian. Bukan pesimis hari ini makan
apa. Bukan was-was hari ini siapa yang akan dimangsa atau malah menjadi mangsa.
Lemahnya diri ini tanpa kusadari. Berulang kali sinyal kuning tersenyum. Bahkan
untuk bernafas pun, tanpa campur tangan-Nya, mustahil. “Ya, Allah gerakkan
jiwaku ini, untuk menapak di jalan lurus-Mu”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar