Halaman

Sabtu, 21 Desember 2019

#sigapMINUS24jam berdoa pun sudah tak


#sigapMINUS24jam berdoa pun sudah tak

Berdoa menjadi hak milik semua makhluk ciptaan-Nya. Manusia dengan sederet, setumpuk cerdas akal. Tampak bagaimana memposisikan doa. Doa religi maupun doa sesuai adat, lingkungan, sosial atau tata kehidupan bersama. Formalitas di awal kegiatan, kesibukkan, aktivitas rutin. Dipanjatkan di babak akhir, penutup. Soal di tengah jalan, saat berproses, ingat judul “jika niat, kalau sempat, andai kuingat”.

Penampang, profil kehidupan 24 jam. Landasan utama yang menerus adalah doa. Fluktuasi, pasang surut, titik atau memanjang bukti bahwa kekuatan doa. Redaksi doa bak daftar belanja harian teranyarkan. Merasa raihan hari ini tak secerah kemarin, doa padat doa. Sebelumnya sudah berdoa, semoga prestasi hari ini lebih bergensi daripada kemarin, yang sudah-sudah.

Bukan pada masalah adanya waktu dan tempat berdoa yang mustajab. Manusia secara harian lupa mengoptimalkan waktu mustajab. Waktu khusus yang diperuntukkan bagi umat Islam. Puncak nikmat lelap malam tersembunyi waktu khusus. Pengorbanan untuk bangkit sementara yang lain sibuk bergelut dengan alam mimpi indahnya.

Kembali ke sesuai judul. Tingkatkan suasana kebatinan, masuk.

Membuka awal menu harian. Bukan pesimis hari ini makan apa. Bukan was-was hari ini siapa yang akan dimangsa atau malah menjadi mangsa. Lemahnya diri ini tanpa kusadari. Berulang kali sinyal kuning tersenyum. Bahkan untuk bernafas pun, tanpa campur tangan-Nya, mustahil. “Ya, Allah gerakkan jiwaku ini, untuk menapak di jalan lurus-Mu”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar