Halaman

Rabu, 04 Desember 2019

jurus menangkap dan memukul angin


jurus menangkap dan memukul angin

Wawasan nusantara secara geopolitik. Menatap udara, angkasa di atas hamparan bumi Pancasila. Sejauh pandangan hanya terpandang langit dan kaki langit. Langit dan samudera di mata pelukis, diwakili warna biru. Gradasi biru laut menurut peta udara, kategori penginderaan kedalaman. Gradasi biru langit sesuai daya imajinasi, fantasi.

Air, udara tak berwarna. Karena berlapis, bertingkat menjadi seolah berwarna. Awan kelabu karena kandungan partikel pembawa sifat hujan. Adanya udara bisa dirasakan setelah manusia susah bernafas. Kehabisan udara segar. Kekurangan oksigen. Kulit merasakan pergerakan udara. Secara radikal atau hembusan sepoi-sepoi santai.

Perbedaan tekanan, menjadikan antar angin bisa terjadi adu domba. Arus kuat melawan aliran keras, terjadilah lesus. Pusaran angin mampu menjadi bagian bencana alam. Analog di samudera, lautan bebas. Potensi dan daya pusaran air mampu. Bedakan dengan, adu kuat angin di atas laut, samudera.

Ada asap ada api, katanya. Antar manusia, jika terasa ada angin sepihak. Pratanda ada yang pihak patut diduga sedang main kipas-kipas, gerah diri. Atau menebar aroma irama pesona diri. Sejatinya sedang mengobarkan, membangkitkan.

Menjadi hak milik atau terjadi di panggung politik. Siapa menebar, menabur plus menggembala angin akan panen badai. Juga tidak. Koalisi banci dengan seabrek kebanciannya. Siap melepas angin sembarang tempat sembarang waktu.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar