jurus menangkap dan
memukul angin
Wawasan nusantara secara geopolitik.
Menatap udara, angkasa di atas hamparan bumi Pancasila. Sejauh pandangan hanya
terpandang langit dan kaki langit. Langit dan samudera di mata pelukis,
diwakili warna biru. Gradasi biru laut menurut peta udara, kategori penginderaan
kedalaman. Gradasi biru langit sesuai daya imajinasi, fantasi.
Air, udara tak berwarna. Karena berlapis,
bertingkat menjadi seolah berwarna. Awan kelabu karena kandungan partikel
pembawa sifat hujan. Adanya udara bisa dirasakan setelah manusia susah
bernafas. Kehabisan udara segar. Kekurangan oksigen. Kulit merasakan pergerakan
udara. Secara radikal atau hembusan sepoi-sepoi santai.
Perbedaan tekanan, menjadikan antar angin
bisa terjadi adu domba. Arus kuat melawan aliran keras, terjadilah lesus. Pusaran
angin mampu menjadi bagian bencana alam. Analog di samudera, lautan bebas. Potensi
dan daya pusaran air mampu. Bedakan dengan, adu kuat angin di atas laut,
samudera.
Ada asap ada api, katanya. Antar manusia,
jika terasa ada angin sepihak. Pratanda ada yang pihak patut diduga sedang main
kipas-kipas, gerah diri. Atau menebar aroma irama pesona diri. Sejatinya sedang
mengobarkan, membangkitkan.
Menjadi hak milik atau terjadi di
panggung politik. Siapa menebar, menabur plus menggembala angin akan panen badai. Juga tidak. Koalisi banci
dengan seabrek kebanciannya. Siap melepas angin sembarang tempat sembarang
waktu. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar