#sigapMINUS24jam pribumi
nusantara sebagai Homo Ludens
Bermula dari plesetan pariwara: “untuk anak kok main-main”. Agar anak
mendadak gedhé perlu asupan gizi di atas rata-rata takaran nasional. Anak
bersegera mampu menapak tilas jejak leluhur.
Kilas balik ke satu
ungkapan menarik dari Johan Huizinga mengenai manusia sebagai “homo ludens”.
Homo ludens berarti, “manusia sebagai makhluk yang suka bermain-main”. Ujar
Huizinga, bahwa segala tindakan manusia terstruktur pada pola aktivitas
“permainan”.
Jelasnya manusia
politik nusantara gemar “permainan”. Adalah presiden 2014-2019 sekedar sebagai
petugas partai. Artinya sedang menjalankan “permainan politik”. Aturan main, asal sendiko dawuh, dijamin
aman. Dapat menjalankan dirinya sebagai pemain sampai babak akhir. Tidak pakai
pasal PAW.
Muncul ungkapan
sealiran, senada “seni mengantisipasi permainan yang akan datang dengan
mengekstrapolasikannya dari kondisi saat ini (Bourdieu, 1991).
Cerita lama, banyak
pihak memang memilih bermain aman, bahkan bersebutan sebagai “safety player”
yang perilakunya “nakal-nakal dikit, nurut-nurut dikit”. Di pihak lain, tak
kurang yang pemikiran atau gaya bermain “kelompok tradisional”.
Modal aneka topeng.
Modal hafalan yang acap “terlalu
basi” sehingga perlu daya dorong pantat vs tarik ekor. Agar melek politik di
alam terbuka penuh saling silang. Di zaman babak bundas reformasi, sigap main
kuasa, main kuat, main kaya.
Poltik tanpa
ideologi – menang modal dan biaya politik – seolah tampak seperti bermain sendiri, single
fighter. Padahal, pihak lawan pakai semboyan “sing waras ngalah”. Tak perlu
ikut tabuhan lawan. Cuma kuras emosi dan hamburkan energi.
Bagaimana
berpolitik atau main politik dengan B4 (benar, betul, baik, bagus) berbasis
materi politik lokal. Apesnya masih “bermain dengan cara orang lain”, katimbang
“dipermainkan” pihak asing. Moderatnya, “mau tidak mau mengadopsi banyak
pengalaman dari komunitas lain”.
Heran nian. “gaya
bermain” kawanan loyalis penguasa, sudah berolok-olok politik, merasa ulung,
unggul, utama. Layak dapat imbalan kursi. Merasa aman, nyaman, tentram di “ruang
bermain” milik negara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar