#sigapMINUS24jam induk
judul vs induk judul
Nama kesebelasan, nama besar klub yang akan berlaga. Akan
menentukan animo penonton keranjingan bola. Tak terkecuali punya andil pasar
taruhan. Total kopral, identik dengan para pemain klas dunia. Laga menjadi
partai spektakuler, penggerak ekonomi bangsa. Menggemukan pundi-pundi pemain
transferan.
Begitulah dunia lapangan hijau. Loyalitas penggemar
melebihi kadar fanatisme penganut partai politik nusantara. Musuh bebuyutan
menjadi karakter bola antar klub daerah.
Pengantar di atas, sebagai pembuktian bahwa judul karya
tulis sedemikiannya. Jajaran strata didik bisa menjadi satu alinea. Sudah baku.
Ditunjang atau sebagai kata kunci utama. Menjadi etalase atau pemancing emosi
pemirsa. Menjadi daya tarik dan nilai jual. Pemirsa terprovokasi nyata.
Panjang judul atau banyaknya kata, memang bukan jaminan. Timnas
bertaburan, bertebaran bintang, tak serta merta enak ditonton. Kendati dijagokan
sebagai juara umum, minimal masuk final.
Sebagai pengolah kata, penata kalimat. Punya kiat pribadi
untuk mematok judul. Selama masih proses, judul belum definitif. Model opini,
jelas butuh judul yang atraktif. Narasi yang tak harus menjabarkan judul. Judul
hanya sebagai pembentuk imej. Kalau sudah terpola di hati pembaca. Mainkan kata
dan atau kalimat.
judul lagu, judul film atau apapun, ternyata pakai ilmu
perjudulan. Begitulah fakta dan sejarah.
Judul bisa terjadi dari dua judul yang sama kuat. Disatukan
menjadi judul unggulan. Aturan main, bahwasanya judul di depan sebagai pengumpan,
pemancing. Judul kedua, di belakang sebagai pencetak gol. Menjadi pokok
perbincangan, kisi-kisi, bahan renungan. Kebalikan dari nama orang. Nama marga,
nama besar kakek nenek moyang di depan, nama diri di belakang.
Contohnya. Acap judul yang saya tayangkan, tidak berhal
demikian. Cuma membuktikan, perlu ilmu dan jam terbang. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar