hanya pantat manusia politik sarat daya ingat
Era globalisasi menjadikan sekat, batas maupun norma
terabaikan secara cerdas. Adab gombalisasi menjadi menu harian kehidupan
bernegara. Pelaku utama, sebut saja manusia politik yang sedang praktik
demokrasi. Kontrak politik lima tahunan menjadikan kalkulasi politik sedemikian
rinci, rigid dan tak boleh ragu.
Pasal apa yang menyebabkan manusia politik nusantara
menjadi konsumen ideologi global. Tak pakai heran, anak cucu ideologis berbasis
‘nasakom’ kian eksis. Wawasan lokal jauh tahun sudah ditanggalkan,
ditinggalkan. Namun sang jiwa masih tertinggal di landasan.
Apa lacur, banyak pelacur politik yang berwenang membuat
keputusan kebijakan yang didikte skenaria asing. Minimal pengaruh pengusaha,
pemodal dalam negeri klas multinasional. Dikompori modus mafia asing menjadikan
mereka merasa lebih terasing ketimbang keasingan itu sendiri.
Kesenjangan adab politik nusantara. Semisal antara
petugas partai dengan pecundang, malah satu kasta.
Budaya politik nusantara bersifat terbuka, sesuai asas
pasar bebas dunia. Siklus, daur ulang kehidupan berpolitik bak warisan, arisan
kursi kekuasaan secara konstitusional. Tebal muka menjadi syarat utama
penghambaan politik. Syarat dasar merasakan ratanya puncak kursi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar