Halaman

Selasa, 28 Januari 2020

ramah rakyat vs rakyat ramah

ramah rakyat vs rakyat ramah

Kata ‘ramah’, ‘marah’, ‘haram’ terasa akrab, tak asing, familier, bukan hal aneh di kuping putra-putri asli daerah. Menjadi menu bahasa lisan, ujaran bebas, cuap asal ucap antar pribumi. Kian mendalam di failitas media sosial. Membuktikan kandungan hati, muatan hati, isi hati. Jauh makna dari ‘curhat’.

Bermula dari pepatah “seramah-ramah anjing menggonggong, sesekali akan menggigit juga”. Industri politik Nusantara tak sanggup memenuhi kebutuhan, konsumsi dalam negeri per kapita manusia politik. Perut manusia politik yang pelahap, pemakan segala, serba doyan.

Lawan politik lebih berbahaya daripada masa depan bangsa dan negara. Nasib generasi tanpa masa depan, generasi yang hilang, serasa akan berulang. Rakyat sebagai penonton setia, tetap sabar menungu pergantian pemain. Itulah politik. Kalau tidak bisa jadi tuan, juragan, malah pilih jadi budak di negeri sendiri.

Tak perlu heran bin gumun. Meramukan, mengoplos 3 lema dalam satu tindakan. Bukti ybs manusia pilihan. Minimal bisa dan layak menjabat status wakil rakyat. Liwat parpol dadakan jelang pemilu.

Daya tahan, daya juang rakyat tak tergantung pihak yang sedang naik daun. Sila-sila Pancasila digali dari kehidupan rakyat. Hak politik rakyat sebatas penggunaan hak suara pada hari-H pesta demokrasi. 5 menit selama 5 tahun. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar