Madrasah Lokal, Rasa Global
Secara
awam, wacana Kementerian Agama agar
bahasa Mandarin diajarkan di madrasah, terasa hambar. Bergaya sporadis, tak
terstruktur, dadakan, coba-coba, asal usul. Mirip kontra arus, pengalihan isu, atau
sekedar memancing opini.
Kalau
cuma sekedar menaikkan status atau gengsi madrasah, banyak modus. Bisa-bisa
muatan politis berupa wawasan nusantara, bela negara, cinta tanah air revolusi
mental, karakter kebangsaan, tindak laku anti korupsi diformulasikan secara
akademis menjadi bahan ajar utama.
Memang
tak ada salahnya mengenal bahasa internasional sebagai bahan ajar. Mengingat karakteristik
madrasah (MI, MT, MA), kemungkinan muatan lokal menjadi pertimbangan utama. Artinya,
masih ada benang merah sistem pendidikan nasional.
Pemerintah liwat Kementerian Agama agar lebih
fokus pada sistem, bukan pada detil. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar