Halaman

Rabu, 22 November 2017

Hari Ikan Nasional vs menu politik Jokowi plus/minus JK



Hari Ikan Nasional vs menu politik Jokowi plus/minus JK

Konon, Hari Ikan Nasional diperingati pada 21 November, bertepatan dengan Hari Perikanan Dunia (World Fisheries Day). Hari dimaksud untuk mengingatkan adanya tantangan pemanfaatan sumber daya ikan secara lestari sekaligus harapan untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional.

Di hari yang sama, seorang presiden NKRI berujar atau tepatnya menyindir lawan politik dalam menyajikan menu politik.

Konon, Jokowi disebut antek asing, antek aseng, anti-Islam, antiulama sekaligus hamba tulen bangsa Cina maupun kebangkitan PKI. Toj Jokowi sudah punya resep atau menu politik. Ramuan ajaib revolusi mental, bisa mendatangkan hal pembiaran (biar), atau meraibkan kasus nasional (raib), serta merabikan atau mengkawinkan unsur kiri dengan sebagai perpanjangan tangan cakar naga (rabi). Biaya politik Rp dan non-Rp semangkin manggadaikan masa depan bangsa atau bentuk lain dari modus riba. Termasuk membiakkan utang luar negeri utawa menjual harga diri ke bangsa yang lebih kuat, kaya, kuasa.

Tak perlu bukti pengadilan, pihak atau komplotan perpoltikan yang memuja, memuji penguasa dan mendaulat untuk lanjut ke periode terakhir, taka da hubungannya dengan rasa nasionalisme, jiwa bela negara maupun nilai kepancasilaan.

Betapa daya juang nelayan Madura melacak dan menguber ikan lokal yang “melarikan diri” sampai wilayah perairan Australia. Malah terbalik, nelayan Madura menjadi obyek tangkapan pihak berwajib pemerintah Australia, dengan tuduhan berlapis. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar