Generasi
Plung Lap
Rasanya, setiap tahun kalender mulai
awal bulan Januari sampai dengan akhir bulan Desember, dalam hitungan detik
populasi NKRI bertambah. Efek domino anomali cuaca, iklim terlihat pada
karakter, peradaban maupun daya ideologi.
Jadi, jangan heran, lepas dari
pengaruh waktu kelahiran, agaknya terjadi adab globalisasi dan aliran persaingan
bebas. Bisa-bisa bisa generasi beda bulan dalam tahun yang sama. Seolah banyak
perbedaan mendasar. Sangat heterogen, fluktuatif dan angin-anginan.
Generasi berbasis, berkarakter bulan
kelahiran memang sangat ajaib. Asupan gizi, nutrisi maupun nilai-nilai ideologi
praktis menjadikan sosok generasi tak tampak keindonesiaannya.
Bukan salah bunda mengandung kalau
banyak generasi yang gamang jika dengar sejarah bangsa. Tak mau tahu dengan
kejadian masa lalu. Dengan mudah melupakan makar PKI, bahkan sampai 2 (dua)
kali di tahun 1948 dan tahun 1965.
Tak salah generasi yang tiap bulan
bertambah, semakin menambah antrian generasi plung lap, Apa makna “generasi plung lap”, bisa buka primbon
lokal sampai simak apa kata shio.
Banyak jalur, lajur yang bisa
dimanfaatkan oleh generasi plung lap. Apakah model potong kompas, pola budaya
pintas, modus jalur tikus, pakai arus atau aliran kiri maupun batu loncat yang
disiapkan kakek-nenek moyangnya.
Ironis binti miris, peta generasi
plung lap tidak monopoli anak kota. Seolah menjadi spesifikasi NKRI. Bahkan,
tidak tampak apakah itu dari generasi yang sudah mapan secara historis, atau
generasi bak pendatang haram. Akhirnya, bukan bonus demografi, tapi NKRI akan
mengasuh generasi muda usia tapi jiwa sudah renta.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar