Halaman

Selasa, 21 November 2017

efek domino revolusi mental, penista agama vs penista hukum



efek domino revolusi mental, penista agama vs penista hukum

Efek domino revolusi mental menjadi senjata makan tuan, bumerang dan menjebak, menjerat leher sendiri di periode 2014-2019. Minimal rongrongan justru dari orang dalam, konco dw, bolo dw.

Tipikalisasi yang mendasar tentang karakter dasar pergantian kepemimpinan nasional akan berjalan lebih nyata, transparan dan terbuka maupun berdaya saiang. Watak dasar sebagai negara yang sedang, selalu dan akan berkembang, menjadikan manusia politik memang ahli merekayasa iklim politik.

Antara merebut kekuasaan secara konstitusional tentu beda dengan mempertahankan agar berlanjut ke periode berikutnya. Secara awam memang sulit melacak kekuatan politik SBY hingga bisa lanjut ke periode kedua.

Secara periode, SBY masih kalah segala-galanya dengan Orde Lama maupun Orde Baru. Dampak politik pasca SBY tidak menunjukkan kekuatan nyata parpol yang menjadi kendaraan politik.

Jadi, Indonesia akan selalu langka, paceklik negarawan. Mungkin, bahkan untuk tingkat lokalpun susah dijaring daerahwan. Kalau penguasa daerah turun-temurun, sisten warisan maupun arisan, Indonesia memang jagonya. Sudah menjadi tradisi. Kalau negara super maju ada klan, sistem famili, tetap tak mampu menyaingi modus Indonesia dalam hal asas mégatéga.

Walhasil koalisi parpol pro-penguasa, sudah melahirkan mégakasus penistaan agama dan yang sedang hangat adalah penistaan hukum. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar