Halaman

Senin, 06 November 2017

bonus tahun politik 2018, kirim TKI vs sedot TKA



bonus tahun politik 2018, kirim TKI vs sedot TKA

Mau bicara soal fakta, masalah angka, kasus keprihatinan oknum ketua umum sebuah parpol pro-pemerintah atau menu politik Nusantara.

Pukul rata, seperti sinyalemen para pendiri bangsa bahwa akan ada penjajahan oleh bangsa sendiri. Bukan sekedar gundah gulana atau main duga, asal kira, bebas sangka, tebak dakwa.

Katakan kalau di periode 2014-2019 sebagai ambang batas bawah nilai praktik Pancasila. Tak ada yang salah dengan cara menterjemahkan Pancasila. Tak ada yang keliru anak bangsa, putera-puteri daerah dalam menyerap norma Pancasila.

Dari sono-nya, mulai dari kepala, yang mana dimana betapa para pakar politik sudah main mata dengan Pancasila-nya negara asing. Mengacu pada kekebasan yang serba bebas, tanpa batas, tanpa sekat. Yang dibutuhkan adalah asas loyal, taat, patuh, setia kepada penguasa.

Kalau sudah jadi penguasa, baik manusia sipil pribumi maupun mantan angkatan yang sudah kenal nikmat dunia, apapun bisa dikerjakan dan siapa pun sah untuk dikorbankan. Mahakasus, mégakorupsi, multibencana serta tindak tutur berbisa tak ada kaitannya dengan ikhwal ini.

Ambang batas bawah, apa pula maksud sampéan paklik/mbokdé.

Hasil lembaga survei berbayar, berpasang tarif sesuai tingkat kesulitan menyebabkan pihak yang bertepuk dada berbanding lurus sambil diam-dia tepuk jidat. Semakin nilai positif, score plus, angka lulus seolah menggembirakan syakhwat politik, maka sejatinya di sisi lain menunjukkan berbagai aspek kinerja yang keblusuk. Bukan sekedar ambruk, terpuruk. Bahkan sampai pada indikasi bertekuk lutut. Tiarap hidup-hidup.

Kasus reklamasi teluk Jakarta, pantai utara Jakarta yang katanya untuk menampung luberan penduduk pribumi maupun pendatang haram. Sejatinya adalah membuat tempat pembuangan makhluk asing dari negara sudah super padat. Dukungan poros maritim, tol laut menjadi daya tarik wisman berbasis TKA. Atau TKA berkedok wisman.

Dalih kesempatan kerja, pemerataan kerja maka Indonesia secara konsisten mengirim TKI ke pelosok dunia. Liwat jalur resmi pemerintah atau pihak yang ditunjuk atau memanfaatkan jalur tikus yang bebas bea.

Kita masih ingat peribahasa terkini : “karena nila sekelompok, binasa bangsa dan negara”. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar