bonus
tahun politik 2018, kirim TKI vs sedot TKA
Mau bicara soal fakta, masalah
angka, kasus keprihatinan oknum ketua umum sebuah parpol pro-pemerintah atau
menu politik Nusantara.
Pukul rata, seperti sinyalemen para
pendiri bangsa bahwa akan ada penjajahan oleh bangsa sendiri. Bukan sekedar
gundah gulana atau main duga, asal kira, bebas sangka, tebak dakwa.
Katakan kalau di periode 2014-2019
sebagai ambang batas bawah nilai praktik Pancasila. Tak ada yang salah dengan
cara menterjemahkan Pancasila. Tak ada yang keliru anak bangsa, putera-puteri
daerah dalam menyerap norma Pancasila.
Dari sono-nya, mulai dari
kepala, yang mana dimana betapa para pakar politik sudah main mata dengan
Pancasila-nya negara asing. Mengacu pada kekebasan yang serba bebas, tanpa
batas, tanpa sekat. Yang dibutuhkan adalah asas loyal, taat, patuh, setia
kepada penguasa.
Kalau sudah jadi penguasa, baik
manusia sipil pribumi maupun mantan angkatan yang sudah kenal nikmat dunia,
apapun bisa dikerjakan dan siapa pun sah untuk dikorbankan. Mahakasus, mégakorupsi,
multibencana serta tindak tutur berbisa tak ada kaitannya dengan ikhwal ini.
Ambang batas bawah, apa pula maksud sampéan
paklik/mbokdé.
Hasil lembaga survei berbayar,
berpasang tarif sesuai tingkat kesulitan menyebabkan pihak yang bertepuk dada
berbanding lurus sambil diam-dia tepuk jidat. Semakin nilai positif, score
plus, angka lulus seolah menggembirakan syakhwat politik, maka sejatinya di
sisi lain menunjukkan berbagai aspek kinerja yang keblusuk. Bukan sekedar ambruk,
terpuruk. Bahkan sampai pada indikasi bertekuk lutut. Tiarap hidup-hidup.
Kasus reklamasi teluk Jakarta,
pantai utara Jakarta yang katanya untuk menampung luberan penduduk pribumi maupun
pendatang haram. Sejatinya adalah membuat tempat pembuangan makhluk asing dari
negara sudah super padat. Dukungan poros maritim, tol laut menjadi daya tarik wisman berbasis TKA. Atau TKA berkedok wisman.
Dalih kesempatan kerja, pemerataan
kerja maka Indonesia secara konsisten mengirim TKI ke pelosok dunia. Liwat jalur
resmi pemerintah atau pihak yang ditunjuk atau memanfaatkan jalur tikus yang
bebas bea.
Kita masih ingat peribahasa terkini :
“karena
nila sekelompok, binasa bangsa dan negara”. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar