Halaman

Selasa, 14 November 2017

Anomali Tahun Politik 2018, Salah Olah Ideologi vs Ideologi Salah Olah



Anomali Tahun Politik 2018, Salah Olah Ideologi vs Ideologi Salah Olah

Namanya mental penguasa, jelas-jelas sudah ada ideologi nasional : Pancasila, masih melirik rumput tetangga lebih menggiurkan. Walhasil, kendati dua kali dikhianati nyata-nyata oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) di tahun 1946 dan 1965, tidak rasa kapok, jera untuk bergaul dengan negara sponsor kudeta, makar atau sebutan lain.

Periode 2014-2019 kemesraan NKRI dengan negara paling betrshabat yang kini menjadi investor politik, Nampak semakin akrab. Memasuki tahap pergaulan bebas. Ibarat mengundang penjajah asing untuk menjadikan bangsa ini sebagai kesetnya. Mereka disambut dengan gelar karpet merah di istana negara.

Tindah tanduk, tindak tutur, tindak tipu-tipu manusia ekonomi yang sejalan dengan penjajah Belanda, semakin merasa menjadi juragan, tuan, bos besar, tauke.

Tak sedikit anak bangsa yang kalah nyali, bahkan berpredikat pembantu presiden secara atraktif, provokatif menjadi perpanjangan tangan mereka. Pihak yang selama ini dianggap mampu mengayomi masyarakat, malah menjelma menjad monster, momok bagi rakyat dan kehidupan beragama. Kehidupan masyarakat reliji dicurigai hidup-hidup 24 jam sehari semalam.

Pasca reformasi, bangsa ini memang pemaklum. Sejarah masa lampau yang dikenang hanya pada jasa para pendiri bangsa.

Anak cucu ideologis dengan faham komunis bebagai versi, mampu memasuki aliran darah ideologi nasional. Contoh sederhana, garda penerus bangsa tampil bak tukang pukul. Lengkap dengan atribut kebesaran.

Jika di zaman Orea Baru, preman jalanan sampai preman gedongan, preman berdasi dipelihara oleh Golkar. Tak ayal lagi, di perode 2014-2019 kawanan preman mancanegara menjadi pengendali pemerintah NKRI. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar