Anomali Tahun
Politik 2018, Salah Olah Ideologi vs Ideologi Salah Olah
Namanya mental penguasa,
jelas-jelas sudah ada ideologi nasional : Pancasila, masih melirik rumput
tetangga lebih menggiurkan. Walhasil, kendati dua kali dikhianati nyata-nyata
oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) di tahun 1946 dan 1965, tidak rasa kapok,
jera untuk bergaul dengan negara sponsor kudeta, makar atau sebutan lain.
Periode 2014-2019
kemesraan NKRI dengan negara paling betrshabat yang kini menjadi investor
politik, Nampak semakin akrab. Memasuki tahap pergaulan bebas. Ibarat mengundang
penjajah asing untuk menjadikan bangsa ini sebagai kesetnya. Mereka disambut
dengan gelar karpet merah di istana negara.
Tindah tanduk, tindak
tutur, tindak tipu-tipu manusia ekonomi yang sejalan dengan penjajah Belanda,
semakin merasa menjadi juragan, tuan, bos besar, tauke.
Tak sedikit anak bangsa
yang kalah nyali, bahkan berpredikat pembantu presiden secara atraktif, provokatif
menjadi perpanjangan tangan mereka. Pihak yang selama ini dianggap mampu
mengayomi masyarakat, malah menjelma menjad monster, momok bagi rakyat dan
kehidupan beragama. Kehidupan masyarakat reliji dicurigai hidup-hidup 24 jam
sehari semalam.
Pasca reformasi, bangsa
ini memang pemaklum. Sejarah masa lampau yang dikenang hanya pada jasa para
pendiri bangsa.
Anak cucu ideologis
dengan faham komunis bebagai versi, mampu memasuki aliran darah ideologi
nasional. Contoh sederhana, garda penerus bangsa tampil bak tukang pukul. Lengkap
dengan atribut kebesaran.
Jika di zaman Orea Baru,
preman jalanan sampai preman gedongan, preman berdasi dipelihara oleh Golkar. Tak
ayal lagi, di perode 2014-2019 kawanan preman mancanegara menjadi pengendali
pemerintah NKRI. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar