Pangsa
pasar “uneducated people” mengusik logika para pengamat politik, mereka
adalah pemilih dari strata masyarakat akar rumput yang fanatik terhadap si raja
ndangdut sebagai capres (calon presiden). Jumlahnya mampu mendongkrak perolehan
suara PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) nyaris dua kali lipat, usai pemilu
legislatif 9 April 2014. Terlebih yang
disasar bergelar Profesor atau guru besar, anugerah dari universitas di Amerika
(aku yang punya) dan bertitel Doktor (maksudnya doktor kehormatan). Ironis,
terdapat “kesenjangan pendidikan formal” antara pemilih dengan yang dipilih.
Umat
Islam wajib prihatin, karena tak jadi maju capres, ybs dengan pendukungnya
putus kontrak dengan PKB. Secara tak langsung sebagai sampel menggambarkan
kadar melek politik umat Islam.
Masalah Bangsa Dan Negara
Pesta
demokrasi lima tahun sekali, khususnya pada tanggal 9 Juli 2014 untuk memilah
dan memilih siapa calon presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. Umat
Islam seolah sudah terkondisikan menghadapi dua pilihan. Sentimen agama sampai
sentimen kebangsaan menjadi dasar menentukan pilihan.
Umat
Islam harus bersikap realistis, konsekuensi hidup berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat, atau sebagai warga negara, penduduk maupun keluarga yang terikat
dalam teritorial tertentu, wajib mengutamakan, mengedepankan persaudaraan
(ukhuwah). Khususnya persaudaraan kebangsaan atau ukhuwah wathaniyah.
Umat
Islam tidak bisa menggunakan secara formal kriteria memilih imam sholat
berjamaah untuk diterapkan dalam pemilihan presiden. Sebagai individu, ukhuwah
wathaniyah sebagai dasar menentukan pilihan, walau tidak bisa ideal. Ikatan
ideologis para petarung dan petaruh politik tergantung kepentingan. Koalisi
adalah bagi hasil berhala Reformasi yaitu kekuasaan, kekayaan dan kekuatan
sampai tingkat desa. Ikatan moral menjadi barang langka di panggung politik.
Adil Dan Pilihan
Betapa Allah telah
menjadikan dan memposisikan umat Islam, sebagai ketetapan Allah dalam awal [QS Al Baqarah (2) : 143] : “Dan demikian (pula) Kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan[a]
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
[a]
: Maksudnya umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena akan
menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia
maupun di akhirat.
Menjalankan urusan dunia,
umat Islam mempunyai peran sentral, strategis dan dominan, yang secara langsung
maupun tak langsung dapat menentuikan nasib bangsa lima tahun ke depan.
Ketahanan umat Islam sedang teruji jelang pilpres. Umat islam sudah tidak bisa
mengandalkan atau berharap dari kiprah, kontribusi dan kinerja ulama maupun
politikus Islam, karena mereka menganggap sebagai jabatan formal, bukan sebagai
amanah.
Sebaran “uneducated people” tidak sekedar
kaum yang mudah goyang pantat karena mengikuti aroma irama lagu picisan, tetapi
bisa juga karena kondisi geografis menjadikan mereka sebagai pelengkap
penderita, tidak ada tokoh panutan di tingkat lokal. Patut kita renungkan,
apakah kondisi ini menjadi alasan mereka tidak menggunakan hak pilihnya atau
menyebabkan suara tidak sah. Tidak ada survei resmi apakah rakyat papan bawah
yang terisolir, terpencil, terbelakang atau sebagai umat minoritas, atau yang
buta politik mendapat surat undangan pemungutan suara Model C6 DPR/DPD/DPRD
atau tidak.
Saatnya umat Islam sebagai pemilih tidak terjebak emosi politik,
khususya karena jagonya kalah sebelum bertanding, tidak tampil sebagai
kandidat. Umat Islam jangan sampai mengulang tindakan dan kesalahan yang sama
karena terjebak fanatisme sesat dan menyesatkan. Utamakan semangat ukhuwah wathaniyah
[HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar