Halaman

Selasa, 20 Mei 2014

Stigma “Uneducated People” Dan Semangat Ukhuwah Wathaniyah

Pangsa pasar “uneducated people” mengusik logika para pengamat politik, mereka adalah pemilih dari strata masyarakat akar rumput yang fanatik terhadap si raja ndangdut sebagai capres (calon presiden). Jumlahnya mampu mendongkrak perolehan suara PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) nyaris dua kali lipat, usai pemilu legislatif 9 April 2014.  Terlebih yang disasar bergelar Profesor atau guru besar, anugerah dari universitas di Amerika (aku yang punya) dan bertitel Doktor (maksudnya doktor kehormatan). Ironis, terdapat “kesenjangan pendidikan formal” antara pemilih dengan yang dipilih.

Umat Islam wajib prihatin, karena tak jadi maju capres, ybs dengan pendukungnya putus kontrak dengan PKB. Secara tak langsung sebagai sampel menggambarkan kadar melek politik umat Islam.

Masalah Bangsa Dan Negara
Pesta demokrasi lima tahun sekali, khususnya pada tanggal 9 Juli 2014 untuk memilah dan memilih siapa calon presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. Umat Islam seolah sudah terkondisikan menghadapi dua pilihan. Sentimen agama sampai sentimen kebangsaan menjadi dasar menentukan pilihan.

Umat Islam harus bersikap realistis, konsekuensi hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, atau sebagai warga negara, penduduk maupun keluarga yang terikat dalam teritorial tertentu, wajib mengutamakan, mengedepankan persaudaraan (ukhuwah). Khususnya persaudaraan kebangsaan atau ukhuwah wathaniyah.

Umat Islam tidak bisa menggunakan secara formal kriteria memilih imam sholat berjamaah untuk diterapkan dalam pemilihan presiden. Sebagai individu, ukhuwah wathaniyah sebagai dasar menentukan pilihan, walau tidak bisa ideal. Ikatan ideologis para petarung dan petaruh politik tergantung kepentingan. Koalisi adalah bagi hasil berhala Reformasi yaitu kekuasaan, kekayaan dan kekuatan sampai tingkat desa. Ikatan moral menjadi barang langka di panggung politik.

Adil Dan Pilihan
Betapa Allah telah menjadikan dan memposisikan umat Islam, sebagai ketetapan Allah dalam awal [QS Al Baqarah (2) : 143] : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan[a] agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

[a] : Maksudnya umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.

Menjalankan urusan dunia, umat Islam mempunyai peran sentral, strategis dan dominan, yang secara langsung maupun tak langsung dapat menentuikan nasib bangsa lima tahun ke depan. Ketahanan umat Islam sedang teruji jelang pilpres. Umat islam sudah tidak bisa mengandalkan atau berharap dari kiprah, kontribusi dan kinerja ulama maupun politikus Islam, karena mereka menganggap sebagai jabatan formal, bukan sebagai amanah.

Sebaran uneducated people” tidak sekedar kaum yang mudah goyang pantat karena mengikuti aroma irama lagu picisan, tetapi bisa juga karena kondisi geografis menjadikan mereka sebagai pelengkap penderita, tidak ada tokoh panutan di tingkat lokal. Patut kita renungkan, apakah kondisi ini menjadi alasan mereka tidak menggunakan hak pilihnya atau menyebabkan suara tidak sah. Tidak ada survei resmi apakah rakyat papan bawah yang terisolir, terpencil, terbelakang atau sebagai umat minoritas, atau yang buta politik mendapat surat undangan pemungutan suara Model C6 DPR/DPD/DPRD atau tidak.


Saatnya umat Islam sebagai pemilih tidak terjebak emosi politik, khususya karena jagonya kalah sebelum bertanding, tidak tampil sebagai kandidat. Umat Islam jangan sampai mengulang tindakan dan kesalahan yang sama karena terjebak fanatisme sesat dan menyesatkan. Utamakan semangat ukhuwah wathaniyah [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar