Bahasa
politik sarat dengan fungsi kepentingan. Karena menyangkut nasib bangsa, negara
dan masyarakat, para petarung dan petaruh di panggung politik wajib patuh
aturan main. Anak bangsa yang berebut simpati rakyat untuk meraih jabatan
publik, sebagai wakil rakyat, kepala daerah dan khususnya kepala negara, jika
ambisinya terpenuhi wajib menyelesaikan masa baktinya sampai tuntas.
Catatan
sejarah Reformasi, pecah kongsi kepala daerah di tengah jalan menjadi bumbu
politik, artinya ideal dan kalkulasi di atas kertas hanya untuk meraup suara. Wakil
rakyat yang melirik jabatan eksekutif
rumputnya lebih hijau membuktikan syahwat politik telah menjadi kanker hati nuraninya.
Kepala daerah yang belum jatuh tempo melirik jabatan di tetangga, terlebih
kursi di atasnya nampak lebih menggiurkan karena mengutamakan kepentingan
sesaat dan sesat, rakyat hanya dijadikan obyek politik.
Aroma
politik memang bisa mengalahkan ikatan moral untuk menyelesaikan masa jabatan,
untuk memenuhi kewajiban dalam masa jabatan. Jabatan untuk diselesaikan, bukan
untuk sebagai batu loncatan. Karena serba terburu, serba tergesa, tidak
menuntaskan pekerjaan adalah pekerjaan setan [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar