Halaman

Selasa, 20 Mei 2014

Kontrak Politik Sebagai Ikatan Moral


Bahasa politik sarat dengan fungsi kepentingan. Karena menyangkut nasib bangsa, negara dan masyarakat, para petarung dan petaruh di panggung politik wajib patuh aturan main. Anak bangsa yang berebut simpati rakyat untuk meraih jabatan publik, sebagai wakil rakyat, kepala daerah dan khususnya kepala negara, jika ambisinya terpenuhi wajib menyelesaikan masa baktinya sampai tuntas.

Catatan sejarah Reformasi, pecah kongsi kepala daerah di tengah jalan menjadi bumbu politik, artinya ideal dan kalkulasi di atas kertas hanya untuk meraup suara. Wakil  rakyat yang melirik jabatan eksekutif rumputnya lebih hijau membuktikan syahwat politik telah menjadi kanker hati nuraninya. Kepala daerah yang belum jatuh tempo melirik jabatan di tetangga, terlebih kursi di atasnya nampak lebih menggiurkan karena mengutamakan kepentingan sesaat dan sesat, rakyat hanya dijadikan obyek politik.


Aroma politik memang bisa mengalahkan ikatan moral untuk menyelesaikan masa jabatan, untuk memenuhi kewajiban dalam masa jabatan. Jabatan untuk diselesaikan, bukan untuk sebagai batu loncatan. Karena serba terburu, serba tergesa, tidak menuntaskan pekerjaan adalah pekerjaan setan [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar