Mencermati kiprah dan kinerja parpol (partai politik) jangan
pakai kacamata moral. Kawanan parpol di panggung politik tidak menerapkan resep
halal dan haram, tidak merumuskan makna ma’ruf dan munkar dalam kehidupan
berpolitik, lagu wajibnya hanya kepentingan. Antar parpol sudah sepakat untuk tidak
sepakat, peraturan yang dipakai adalah :
“tidak ada peraturan”, cara apapun sah dilakukan.
Umat Islam yang mendirikan parpol atau hanya sekedar
penggembira, sadar tak sadar akan terjebak aturan main berpolitik. Apalagi
tujuan utama mendirikan parpol agar dapat ikut pemilu/pilpres, agar dapat
berkuasa selama lima tahun. Berlaga di industri politik, rumusan parpol Islam tak jauh dari fungsi urusan dunia, skala
finansial dan stimulus fulus. Konflik internal parpol Islam akibat dominasi persaingan
daripada persaudaraan.
Koalisi parpol Islam, karena jauh dari makna poros langit, jelas tak akan
bisa dilakukan. Koalisi parpol Islam sebagai kompromi politik, tidak ada
sangkut pautnya dengan kompromi keagamaan, jelas tak akan bisa dilaksanakan. Koalisi
parpol Islam berangkat dari kepentingan merebut kursi yang sama, maupun membagi
kursi kekuasaan, jelas tak akan bisa diwujudkan [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar