Ditulis : Herwin Nur, 31 Maret 2013 | 19:41
Posisi Do’a
Jikalau kita mengetahui hakekat dan makna do’a, jika kita memahami manfaat dan keutamaan do’a, kalau kita menyadari rukun dan adab berdo’a, andai kita mengerti waktu istimewa do’a dijabah Allah, pasti kita tak akan lalai berdo’a, bahkan menyiapkan skenario do’a nyaris rinci, mirip daftar permintaan dan kebutuhan hidup. Redaksi dan substansi do’a bisa dicuplik dari berbagai ayat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Do’a mempunyai posisi strategis, sebagai bagian dari rukun Islam kedua yaitu menegakkan sholat 5 waktu. Sholat merupakan fungsi do’a. Kita berdo’a dalam keadaan hati yang hadir, hati yang bersungguh-sungguh mengharapkan ijabah (pengabulan) dari Allah dan tentunya hati yang tidak lalai. Do’a terdapat dalam semua posisi sholat. Posisi di mana kita merendahkan diri di hadapan-Nya, terdapat waktu utama do’a, sesuai Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Yang paling dekat seorang hamba pada Rabbnya ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah kalianlah berdo’a.”
Waspadalah, shalat adalah perkara pertama yang dihisab di hari kebangkitan! “Barangsiapa yang baik (diterima) shalatnya, maka baik (diterima) pula segala amalan yang lain, dan barangsiapa yang rusak (ditolak) shalatnya, maka rusak (ditolak) pula segala amalan lainnya” (HR Thabarani).
Usai sholat berjamaah, imam dan makmum berdo’a bersama. Kebutuhan individu, do’a bisa dilakukan sendiri. Usai sholat, kita jangan bergegas berdiri pergi, luangkan waktu untuk berdo’a secara khusyu’ pula. Rasulullah Muhammad saw bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan di-ijabah dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lalai dan main-main.” (HR Tirmidzi 3401)
Konteks do’a dalam tulisan ini, mengacu terjemahan [QS Al Baqarah (2) : 284] : “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Do’a harus khusyu’
Sholat sebagai media kita untuk komunikasi dan audisi dengan Allah. Do’a yang kita panjatkan kepada-Nya jangan bersifat otomatis, hafalan, standar atau sebagai pelengkap sholat. Sebagaimana sholat, do’a pun sebagai kebutuhan kita, dilakukan secara khusyu’. Do’a tidak sekedar urusan hati, bisa dikaitkan dengan hal yang lain. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita do’a yang kandungannya memohon agar Allah melindungi kita dari empat keburukan, yaitu : “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari do’a yang tidak dikabulkan.” (HR Muslim 4899)
Pertama, ilmu yang tidak bermanfaat. Ialah ilmu yang menjadikan kita menjadi semakin dekat dengan Allah, karena merasa tenang, takut, tunduk, merendahkan dan mengakui kelemahan diri di hadapan Allah serta sebagai pengingat akan adanya kehidupan sejati kelak di akhirat.
Kedua, hati yang tidak khusyu’. Ciri orang beriman ialah bila mengingat Allah hati mereka menjadi tenteram.
Ketiga, nafsu yang tidak pernah kenyang. Memerangi hawa nafsu termasuk jihad, nafsu harus dikendalikan, bukan dimatikan.
Keempat, do’a yang tidak dikabulkan. Syaratnya: memohon hanya kepada Allah, tidak kepada selain-Nya; penuhi segenap perintah Allah dan beriman dengan sebenarnya kepada Allah. [Herwin Nur/wasathon.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar