Halaman

Rabu, 05 Februari 2020

peolok-olok politik dan neo antimonotéis nusantara


peolok-olok politik dan neo antimonotéis nusantara

Sejarah berulang. Anak cucu ideologis plus kroni, kerabat, kawanan pencetus paham ‘nasakom’, mahir memproduk, menabur dan menebar virus olok-olok politik. Mengulang gaya politik Partai Komunis Indonesa (PKI) plus organisasi kemasyarakatan, gemar membuat jargon dengan efek ganda. Pertama, promo atas diri sendiri. Kedua, sebagai  stigma kepada lawan politik, kepada pihak beda pilhan, berseberangan.

Prestasi oknum petugas partai, ditentukan oleh skenario, konspirasi segitiga sama-sama – sama rasa, sama rata – politik nusantara: siap libas vs siaga lindas vs sigap tindas. Mentalitas terbina sedemikiannya, sehingga tak segan pakai asas mégatéga. Tanpa pandang bulu gender. Tak pakai mikir.

Apa yang diserap oleh daya otak minus hati, langsung diolahgandakan. Umbar ujaran tulis apalagi ujaran lisan bebas norma. Sang penganut justru mereka pemakan bangku sekolah. Umumnya generasi nusantara tidur malam. Bukan bangun malam. Populasi tak jadi masalah. Pakai jurus ‘nila setitik’.

Mereka tersebar keblusuk sampai daerah 3T. Lanjut.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar