Dilema Hidup Terpuruk, Ambang Bawah
Kinerja vs Ambang Bawah Prestasi
Sejatinya, kata hati, kalbu, hati
nurani, hati kecil kita, jika kian diasah akan semakin peka. Menjadi pedoman
diri saat menghadapi pilihan. Jalan kehidupan tak selamanya lurus, mulus. Ada tanjakan
menghadang. Tak kurang belokan, kelokan. Di persimpangan, jika tidak tahu peta
kehidupan, sulit menentukan arah dan rute pilihan. Cara sederhana, simpel, pakai
alternatif jalan yang minimalis risiko.
Pihak lain. Terkadang kita melaksanakan
kehidupan harian secara rutin, tipikal, berulang, konvensional. Mulai pagi hari
sampai pagi berikutnya, selama 24 jam waktu terisi. Pola tidur sudah
terkondisikan sesuai pergantian siang dengan malam. Akhirnya, tak sadar kita terbiasa
memanfaatkan waktu hanya untuk menunggu waktu. Jam kerja plus waktu dan jarak
tempuh, menjadikan manusia arif mengelola waktu.
Sasaran dan target kehidupan. Salah kaprah
memaknai hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Kalau tak mau disebut
masuk kategori hidup merugi. Terlebih dikaitkan dengan hasil terukur atas raihan
urusan dunia. Padahal hasil kinerja plus prestasi hari ini sesuai ketetapan
dan skenario-Nya. Manusia tetap wajib berusaha, berupaya, berikhtiar nyata. Bukan sekedar telah dan lelah menggugurkan
kewajiban.
Manusia wajib ridho menerima fakta. Tak ada
hal buruk di mata Allah swt, karena sesuai takaran kita. Bukan masalah untung
rugi. Bukan masalah terpuruk dan atau sukses dunia. Jangan mengkutuk jika
terpuruk dan jangan lupa diri, lupa daratan saat sukses dunia. Allah swt
melihat daya juang atau laku amal kita. Bagaimana kita mencerdasi cobaan dan ujian
kehidupan.
Pasal kehidupan menjadikan esok hari
lebih baik ketimbang sekarang. Padahal, esok hari belum terjadi. Masuk perkara
gaib. Bukan hak milik kita. Menjadi hak prerogratif Allah swt. Raihan hari ini
untuk modal diri sambut esok. Jadikan malam sebagai istirahat, isi ulang energi.
Niat bangun malam – bukan tidur malam – dan esok daya intelektual, fisik, emosi
kita sigap melanjutkan kehidupan harian.
Pengalaman hidup yang fungsi persaingan
hidup memupuk rasa arif. Mendayagunakan radar
diri saat di jalan tanjakan, turunan, berlubang. Jangan abaikan masalah yang
tampak sepele. Tuntaskan konflik horizontal secara cepat, jangan sampai menjadi
PR menumpuk memacu dan memicu kanker
dendam. Jadi saat kiat meliwati etape yang tak bersahabat, justru sebagai batu
loncatan, babak kebangkitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar