Halaman

Sabtu, 15 Februari 2020

Dilema Hidup Terpuruk, Ambang Bawah Kinerja vs Ambang Bawah Prestasi

Dilema Hidup Terpuruk, Ambang Bawah Kinerja vs Ambang Bawah Prestasi

Sejatinya, kata hati, kalbu, hati nurani, hati kecil kita, jika kian diasah akan semakin peka. Menjadi pedoman diri saat menghadapi pilihan. Jalan kehidupan tak selamanya lurus, mulus. Ada tanjakan menghadang. Tak kurang belokan, kelokan. Di persimpangan, jika tidak tahu peta kehidupan, sulit menentukan arah dan rute pilihan. Cara sederhana, simpel, pakai alternatif jalan yang minimalis risiko.

Pihak lain. Terkadang kita melaksanakan kehidupan harian secara rutin, tipikal, berulang, konvensional. Mulai pagi hari sampai pagi berikutnya, selama 24 jam waktu terisi. Pola tidur sudah terkondisikan sesuai pergantian siang dengan malam. Akhirnya, tak sadar kita terbiasa memanfaatkan waktu hanya untuk menunggu waktu. Jam kerja plus waktu dan jarak tempuh, menjadikan manusia arif mengelola waktu.

Sasaran dan target kehidupan. Salah kaprah memaknai hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Kalau tak mau disebut masuk kategori hidup merugi. Terlebih dikaitkan dengan hasil terukur atas raihan urusan dunia.  Padahal  hasil kinerja plus prestasi hari ini sesuai ketetapan dan skenario-Nya. Manusia tetap wajib berusaha, berupaya, berikhtiar nyata.  Bukan sekedar telah dan lelah menggugurkan kewajiban.

 Manusia wajib ridho menerima fakta. Tak ada hal buruk di mata Allah swt, karena sesuai takaran kita. Bukan masalah untung rugi. Bukan masalah terpuruk dan atau sukses dunia. Jangan mengkutuk jika terpuruk dan jangan lupa diri, lupa daratan saat sukses dunia. Allah swt melihat daya juang atau laku amal kita. Bagaimana kita mencerdasi cobaan dan ujian kehidupan.

Pasal kehidupan menjadikan esok hari lebih baik ketimbang sekarang. Padahal, esok hari belum terjadi. Masuk perkara gaib. Bukan hak milik kita. Menjadi hak prerogratif Allah swt. Raihan hari ini untuk modal diri sambut esok. Jadikan malam sebagai istirahat, isi ulang energi. Niat bangun malam – bukan tidur malam – dan esok daya intelektual, fisik, emosi kita sigap melanjutkan kehidupan harian.

Pengalaman hidup yang fungsi persaingan hidup  memupuk rasa arif. Mendayagunakan radar diri saat di jalan tanjakan, turunan, berlubang. Jangan abaikan masalah yang tampak sepele. Tuntaskan konflik horizontal secara cepat, jangan sampai menjadi PR menumpuk memacu dan  memicu kanker dendam. Jadi saat kiat meliwati etape yang tak bersahabat, justru sebagai batu loncatan, babak kebangkitan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar