Halaman

Minggu, 23 Februari 2020

dwitunggal vs matahari kembar

dwitunggal vs matahari kembar

Kepuasan wapres yang "bekerja di bawah permukan". Jauh dari hakikat dwitunggal. Tak ada kaitan dengan matahari kembar. Nasib ban serep vulkanisiran. Koalisi parpol pilpres 2019 tak laku di pilkada serentak 2020. Rakyat kian cerdas menentukan piihan. Alergi dengan parpol penguasa. Masih banyak kandidat, balon, figur publik, cikal bakal kepala daerah yang mumpuni.

Nama besar RI-1 dan RI-2 bukan jaminan sukses pilkada. Dinasti politik, pemerintah bayangan sullit disalip. Elit lokal sudah paham balas jasa politik, jual beli suara, membaca arah angin.  Karakter dan potensi daerah menjadi daya tarik. Pendatang dan penduduk lokal, adu kuat. Karier politik tidak hanya melaju di satu jalur. Terbukti, dari wakil rakyat minat jadi kepala daerah. Pembantu presiden melihat masa depan lebih mapan, geser pantat  menuju kursi  gubernur.

Kembali ke judul. Dwiwarna sebutan lain bendera merah-putih. Setengah atas merah dan setengah bawah putih. Tak bisa diterapkan di pasangan kepala negara maupun kepala daerah. Alasan penyumbang suara, kian membuktikan sebagai titik retak kongsi. Sebalaiknya, strategi merangkul pihak tertentu, bisa menjadi bumerang, balik menjadi senjata makan tuan. Terbukti kini.

Namanya politik, siapkan dua nomor, ganjil-genap. [HaéN]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar