dwitunggal vs matahari kembar
Kepuasan wapres yang "bekerja di bawah
permukan". Jauh dari hakikat dwitunggal. Tak ada kaitan dengan matahari
kembar. Nasib ban serep vulkanisiran. Koalisi parpol pilpres 2019 tak laku di
pilkada serentak 2020. Rakyat kian cerdas menentukan piihan. Alergi dengan
parpol penguasa. Masih banyak kandidat, balon, figur publik, cikal bakal
kepala daerah yang mumpuni.
Nama besar RI-1 dan RI-2 bukan jaminan sukses pilkada.
Dinasti politik, pemerintah bayangan sullit disalip. Elit lokal sudah paham
balas jasa politik, jual beli suara, membaca arah angin. Karakter dan potensi daerah menjadi daya
tarik. Pendatang dan penduduk lokal, adu kuat. Karier politik tidak hanya
melaju di satu jalur. Terbukti, dari wakil rakyat minat jadi kepala daerah.
Pembantu presiden melihat masa depan lebih mapan, geser pantat menuju kursi
gubernur.
Kembali ke judul. Dwiwarna sebutan lain bendera
merah-putih. Setengah atas merah dan setengah bawah putih. Tak bisa diterapkan
di pasangan kepala negara maupun kepala daerah. Alasan penyumbang suara, kian
membuktikan sebagai titik retak kongsi. Sebalaiknya, strategi merangkul pihak tertentu,
bisa menjadi bumerang, balik menjadi senjata makan tuan. Terbukti kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar