misteri rezeki-Nya, dari tetangga untuk tetangga
Kamis bakda isya’, saya ikut majelis dzikir masjid ke sohibul hajat. Doa
bareng, walimatul umroh plus syukuran. Diikuti 20 anak yatim piatu plus jamaah
lelaki. Sampai di rumah, berkat kubuka. Ada bonus amplop. Ahad pagi, kami ke
walimatul khitan. Akhirnya setengah isi amplop tadi, menjadi isi amplop buat
anak yang khitan. Rezeki lingkungan tempat tinggal.
Padahal ahad pagi, usai ikuti majelis ilmu bakda subuh. Pulang gerimis,
langsung melayat ke rumah duka. Tetangga satu RT, seorang ibu rumga, wafat di
rumahnya, tanggal 02.02.2020 01:30. Datang langsung ucap duka cita ke anak
perempuannya. Sempat kulihat baskom ditutupi serbet. Bersila berdoa buat almarhumah,
61 tahun. Lanjut kumpul dengan bapak-bapak. Sibuk pasang tenda.
Usai dari walimatul khitan, langsung menemani isteri ke kantor. Jelang mabhrib sampai rumah. Garwo sigap bersama
pengajian ibu-ibu RT tahlilan malam pertama di rumah duka. Rencana sampai tiga
hari, bakda maghrib.
Isi amplop walimatul umrah kainnya, buat beli LPG 3 kg. Inilah seni hidup bertetangga, bermasyarakat. Rezeki di tangan, bukan hak milik kita. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar