Halaman

Kamis, 20 Februari 2020

Aksi Rundung, Bukti Ketimpangan Jiwa Religi Anak Bangsa


Aksi Rundung, Bukti Ketimpangan Jiwa Religi Anak Bangsa

Praktik perundungan aneka versi di dunia pendidikan. Dianggap dan dinilai masih sesuai ambang wajar. Skala luas, bangsa ini dibebani efek domino, efek karambol, afek berantai olok-olok politik. Asal tidak menyinggung martabat kepala negara, pihak berwajib, berwenang pilih sikap diam.

Akar permasalahan modus perundungan, bukan sekedar faktor ajar di keluarga. Faktor panutan di masyarakat bahkan negara, menjadi penentu budaya perundungan. Seolah menjadi satu paket besar berisikan tawuran, plonco, maupun bullying.  Persaingan berebut kursi atau bangku sekolah demi masa depan, menuntut anak didik siap saling libas.

Pendekatan apapun tetap tak manjur. Norma kehidupan kian tawar. Ikatan sosial di lingkungan tempat tinggal sekedar basa-basi. Waktu dan jarak tempuh sampai sekolah, membutuhkan energi tak sedikit. Suasana sekolah, interaksi guru – anak didik plus orang tua, ditentukan pasal kehidupan dunia. Target kelulusam menentukan prestise sekolah.

Sekolah unggulan pun tak akan lepas dari praktik perundungan atau versi lain yang danggap sebagai konsekuensi logis. Malah dianggap sebagai nilai jual sekolah. Dunia pendidikan didaulat sebagai panggung laga bebas. Terjadi seleksi alami berbasis hukum rimba. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar