Halaman

Senin, 17 Februari 2020

berani untuk tidak berani


berani untuk tidak berani

Hak paten nusantara ‘berani malu’, bagian utama HaKI. Bukti pemajuan budaya berperadaban. Pelakunya bukan anak kemarin sore. Nyali jauh di atas standar lokal. Jauh dari pasal bondo nekat yang jadi biang keributan berbasis sepak bola.

Tak ada hubungan diplomatik dengan frasa, frase ‘tak tahu malu’ atau ‘tak kenal malu’. Syarat utama tak tertulis untuk menjadi manusia politik 24 jam total loyal. Pasal hukum politik yèn isin malah ora isi, wajib dikembangkan sesuai potensi dan selera diri.

Kadar rasa malu anak bangsa pribumi primitif, tak bisa disamaratakan dengan bahan baku malu pada umumnya orang Indonesia. Bakat malu tampak tersipu-sipu, yang lebih malu lagi kalau dibuat malu. Misal, kalau ada orang lain membuka aibnya. Salah duga kawan. Ybs malah bangga. Tenar gratis.

Tafsir bebas memaknai “perbuatan melawan hukum” tidak hanya sekedar tindakan melawan, melanggar atau bertentangan dengan pasal produk hukum. Termasuk juga penyimpangan, pengabaian norma, pranata sosial, kode etik etika masyarakat.

Efek domino, efek karambol, efek berantai laju pemanfaatan produk unggulan teknologi TIK, bak senjata makan tuan. Bukan rakyat yang buta hukum. Malah pihak yang berwajib plus berwenang membuat hukum, malah potensial sebagai pelanggar hukum. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar