Halaman

Senin, 28 Agustus 2023

wajah rapat bumi, waktu diri tembus vertikal batas waktu bumi

wajah rapat bumi, waktu diri tembus vertikal batas waktu bumi 

Tepatnya, frasa “tembus waktu” dan turunannya tersurat di (QS Al Ar Rahmaan [55]  : ayat 33):

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”.

Peristiwa isra’ miraj’ nabi Muhammad SAW menjadi acuan, rujukan utama umat Islam untuk mencerna ayat dimaksud. Akal sehat manusia menterjemahkan hujan dicurahkan dari langit, Rakhmat-Nya. Formulasi siklus hidup.

Peluang mengamalkan, mempraktekkan ayat di atas, tidak harus secara kasat mata, jasmani, ragawi, lahiriah.

Allah SWT menerima sholat hamba-Nya bahkan di tempat memberikan perintah sholat kepada nabi Muhammad SAW.

Saat kita sujud, dengan dahi dan ujung hidung (dihitung satu titik) menyentuh bumi, rapat bumi. Diletakkan pelan. Bobot kepala dibantu oleh dua telapak tangan. Beban badan dibebankan ke tujuh titik. Tidak masalah, lutut dahulu atau telapak tangan menyentuh alas sholat. Jari kaki diajak sujud. Mampukah kita melihat ujung hidung sendiri.

 Posisi kepala menjadi lebih rendah daripada letak pantat. Dahi jangan terhalang tutup kepala. Bayangkan saja kawan, kepala yang begitu mulia, “direndahkan” secara fisik sebagai bukti ketertundukkan umat manusia kepada Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan (Dzul Jalaali Wal Ikraam).

Mengacu manfaat rangkaian ritual spiritual gerakan fisik sholat, memang bersifat dinamis. Artinya tidak hanya itu. Pengalaman orang lain patut kita jadikan renungan. Pengalaman diri sendiri, lebih menuju mencari kekurangan sekaligus menyempurnakannya.

Gerak dan posisi ruku’ dan/atau sujud, masuk kemasan bagaimana kita memberlakukan kepala. Yang lebih banyak dipakai untuk menegakkan badan. Sombong begitu. Badan kecil tapi jalan digagah-gagahkan, biar tampak wibawa. Mahkota tanda kebesaran kekuasaan, dipasang di atas kepala. Semakin menambah rasa percaya diri. Ditambah tongkat komando. Seakan dunia tunduk.

Betapa posisi ruku’, kepala harus ditundukkan. Lebih tunduk dari rasa hormat. Sampai badan, punggung rata-rata air. Mata memandang bumi, tempat sujud. Sambil berucap doa. Rasanya, posisi kepala menjadi selevel dengan pantat. Apa arti kepala saat itu. Apanya yang masih bisa disombongkan, dibanggakan. Sebesar apapun mahkota, tak berarti apa-apa.

Karena banyaknya kejadian yang sedang, masih, dan akan selalu terjadi, maka dipandang tak elok jika melanjutkan olahkata ini. Mosok, rahasia umum disajikan, sudah basi sebelum tulisan jadi. Itu saja kawan.

Adab bermasyarakat berdasarkan teritorial, lokalitas, komunitas lokal maupun sifat istimewa atau khusus, menjadi landasan pondasi adab berbangsa secara horizontal. Struktur pemerintah sesuai bentuk negara menjelaskan adanya strata sosial, status politik maupun nilai-nilai duniawi penduduk. Ikhwal ini masuk sebutan adab bernegara.

Peradaban fungsional atau internal nusantara terasa dipacu dipicu masuk pasar bebas dunia, berkat tata moral, pranata mental, religiusitas kefitrahan partai politik dan organisasi kemasyarakatan pra-kemerdekaan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar