lagak mbégo, agar tampak ahli mikir
Kaum pergerakan maupun pe-mikir
bangsa layak menjadi pemimpin partai politik, bukan para pemilik modal, penyandang
dana, Bandar politik atau pengusaha. Politik sebagai panglima beririsan dengan
paham nasakom.
Alat negara menjadi kendaraan politik
taktis penguasa. Wujudan anyar dwifungsi ABRI.
Birokrasi sipil dalam bayang-bayang
birokrasi militer. Wabah pe-makar mewarnai demokrasi tanpa demokrasi nusantara.
Pangkas bawah birokrasi sipil diimbangi pemerataan jenderal. Multifungsi tentara
dan polisi menentukan nasib protokol kenegaraan.
Legitimasi kaping pitu bak humor
politik. Transisi ke kaping wolu, terjadilah episode tragedi tabrak lari. IKN
nusantara tak akan lari di tempat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar