ora dadi bakalan (radikal) kaping wolu
Berawal, bermula dengan judul “korupsi dan aksi radikalisasi biaya politik” [3/1/2018 9:10 PM].
Substansi, narasi, esensi masih langkah perama. Berpolitik sama saja
sebagai berdagang. Tidak mau rugi sebagai pasal utama yang wajib dilanggengkan,
dimuliakan. Puncaknya lima tahun sekali, lelang terbuka utawa dagang kursi
konstitusi. Klimaks pesta demokrasi pada pilpres. Presiden aktif sudah
tidak bisa mencalonkan lagi. Pasar taruhan kian bebas, tarif gelap, laga gaya
bebas, semua klas.
Aplusan, estafet dari kaping tujuh ke kaping wolu. Parpol penguasa
parlemen, koalisi parpol pro petugas-partai
tampak watak aslinya. Tanpa topeng.
Bukannya frasa “sabotase demokrasi” tidak dikenal. Mereka punya ramuan
ajaib, rakitan gaib untuk diterapkan pada kondisi darurat agar tetap eksis, tampak kasat mata.
Proaktif, sigap sejak dini untuk dikenang selaku orang terkenal, tenar. Tanpa
ikhtiar maunya berkibar bebas. Tanpa
keringat diri maunya langsung didaulat jadi atas kehendak rakyat. Martabat
pantat di atas rata-rata lokal
domestik saja sudah merasa nikmat. Tidak ada pasal yang menyalahkan apalagi
tabu buta. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar