ruang publik, bidang perlintasan antar kepentingan
Punggung bumi
menjadi panggung saling menumpahkan darah antar manusia bumi. Berbuat kerusakan
atas nama peradaban. Merasa memegang lisensi atau rekomendasi memakmurkan bumi.
Eksplorasi plus eksploitasi sumber daya alam menembus batasan waktu. Metode
gali lubang tutup lubang terasa kuno. Cari mainan lain dengan
angkat-angkut-ungkit pulau kecil terpencil menambah luas daratan negara
tetangga.
Penguasa bumi
hingga sampai bumi pertiwi. Taat asas terapkan hukum rimba belantara tak bertu(h)an. Ramah investor politik serta sigap
melaksanakan skenario dan kebijakan internasional. Peran serta,
partisipasi, publik – tanpa perwakilan dan atau tanpa perantara – menambah
beban hidup penguasa. Tidak sesuai dengan sistem komando
basmi di tempat. Hemat biaya perkara.
Episode
“menjilat vs menghujat” tetap didaulat menjadi adab pekabaran kulak warta. Penebar
plus penabur ujaran nista diri. Orde reformasi rindu
order, pancaroba politik, transisi kaping
pitu ke kaping wolu.
Menghalakan segala kendaraan politik bebas manuver. Kepentingan pun sudah bukan
menjadi sasaran terpercaya. Setiap saat bisa balik arah.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar