Senin, 26/11/2007
07:16
duduk perkara vs
perkara duduk
Acara seremonial
Rapimnas III dan HUT ke 43 Partai Golkar (PG) diliput oleh berbagai media
massa. Cerita dan derita di balik berita pun ditayangkan. Pos Kota, Sabtu 24
November 2007, dengan tinta buram, kertas kusam menyajikan sisi dalam wacana
yang sedang melanda PG. Tak bisa dipungkiri, ibarat kesebelasan, maka PG penuh
dengan pemain bintang papan atas, pemain asing belum diturunkan, bekas atau
veteran perang kompetisi nasional, pemain merangkap kapten, pemain serba bisa, pemain
nekat gol bunuh diri, ahli pemberi umpan, spesialis pencetak gol, kiper
berjibaku, wasit netral asal dapat wangsit, taktis menjegal lawan, khusus
operan pendek, strategis menghadang lawan, kaki makan kaki, mahir menjatuhkan
lawan tanpa terasa anginnya ......... artinya penguasaan bola jauh di atas
kesebelasan lawan.
Hasil statistik
pertandingan tandang maupun pertandingan kandang, PG lebih banyak kebobolan
daripada membobol gawang lawan. Bukan kalah bertanding, cuma lawan hanya
beberapa kali tendangan langsung ke gawang dan dipungut oleh kipernya.
Permainan PG didominasi operan, sentuhan dan aba-aba pelatih. Sekarang, PG
sibuk memilih dan memilah, menyensor dan menyortir, menyaring dan menjaring
pemain inti. Siapa yang akan diposisikan menjadi calon RI-1, siapa yang akan
disiapkan menjadi RI-2, siapa yang patut menjadi pembantu presiden, siapa yang
layak jadi legislator.
Menggantang calon
berbobot dan berkualitas hal yang paling sulit, lebih sulit dari hanya sekedar
mendata pemain potensial, unggulan dan familiar utawa populer. Yang sudah
menampakkan diri jelas tak akan menampik jabatan. Yang sudah menampikkan hati
nurani jelas tanpa ragu dan basa-basi akan menampakkan diri (hn).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar