Rabu,
22/02/2006 01:19
APA LACUR SUDAH JADI MEGAPOLITAN JABODETABEKJUR
Jakarta, jangan dipandang dengan sebelah mata. Bahkan mata hati pun tak
bias menembus siapa sejatinya Jakarta itu. Lain cerita kalau Jakarta
ditempatkan sebagai ibukota negara, buka kota ibunegara yang pernah di Solo.
Konsep megapolitan Jabodetabekjur merupakan adab bertetangga, dengan asas
saling menguntungkan. Jakarta, mencolok beda jumlah penduduk di siang hari /
jam kerja dengan waktu malam hari / jam tidur.
Walau Jakarta tak pernah tidur, bahkan ada gubernur malam hari. Orang dapat
duit di Jakarta, beraknya di luar Jakarta. Mobil / motor kandangnya di luar
Jakarta, polusinya menghias udara Jakarta. Biaya parkir ditanggung sopir.
Jakarta, surplus sampah, limbah, air bah, sisa olah ...... akan tetapi minus
air baku / air bersih. Walhasil, perlu aliran air baku dari tetangga, perlu
pematusan air bah yang di buang ke tetangga, perlu tempat pemusnahan akhir
sampah di lokasi belakang Jakarta sampai perlu daur ulang para pendatang haram.
Jakarta, memang perlu belas kasihan. Sebagai ibukota negara memang harus
dimanja, diutamakan, dan dianakemaskan yang lain kalau perlu dan bila perlu [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar