Kamis, 05/06/2008 10:21
BAHAYA SAMA vs SAMA
BAHAYA
Diriwayatkan bahwa
kekuatan Islam pada saat mereka bersatu, ketika menghadapi bahaya yang sama.
Jika kondisi terkendali, ummat Islam bisa jadi akan saling menyalip dan saling
libas, terutama saat berebut kekuasaan, pengaruh dan massa. Bahaya bisa datang
dari mana saja, bisa bersifat alami maupun buatan manusia atau rekayasa. Bahaya
ada yang datangnya cukup sopan, bak denging nyamuk memberi tanda bahaya. Paling
berbahaya adalah bahaya dari dalam, atau dari konco dewe.
Sesuai tuntutan dan
tantangan zaman. Islam dipolitisir, pencampuradukan antara pemimpin agama atau
ummat dengan pemimpin negara. Ummat Islam yang bercokol di kutub pemerintahan
atau penyelenggara negara, tentu akan menjalankan lagu wajibnya sebagai
birokrat. Bisa jadi lagu wajib ini melunturkan semangat keislaman, yang pada
gilirannya akan menawar aqidahnya. Sebagai contoh, ada orang mengaku nabi atau
mendirikan agama baru, tak dilarang dan dianggap sebagai kebebasan beragama.
Kebebasan beragama dianggap termasuk mendirikan agama baru, menjadi nabi zaman
modern, mempunyai aliran berbasis agama, dan sebangsanya.
Mendeklarasikan
partai politik dengan platform Islam, sejalan dengan menanam bibit perpecahan,
karena beda politik bisa beda segalanya. Konflik horinzontal antar aktor
intelektual, atau konflik internal di tubuh ummat Islam sangat rentan dengan
sentuhan provokasi. Salah sebut nama bisa jadi alasan naik darah. Salah hormat
bisa jadi kiamat, jadi jangan asal salah malah tidak apa-apa, tidak ada dampak
negatifnya (hn).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar