Halaman

Senin, 01 Mei 2023

wong owah arep ngowahi negoro

wong owah arep ngowahi negoro 

Kasus kejadian perkara dan peristiwa berlomba melawan pengkabaran, pemberitaan, pewartaan. Mana urusan tata negara dengan mana urusan kelompok kepentingan, terintegrasi secara masif, nyata, terukur.

 Karena hanya rumusan saja yang tersurat di Preambule UUD NRI 1945. Maka, pertama, pewaris noto negoro merasa tak ada Pancasila. Kedua, tidak ada sanksi moral kalau tak pakai sila-sila. Lebih gaya modis pakai asas nasakom teranyarkan. Merasa sejajar dengan bangsa besar penduduk tapi minim ajaran politik. Minus daya religiusitas.

 Setiap ada pemilihan umum, rakyat berharap ada wajah baru, sosok anyar. Irinos binti miris, pasca wakil rakyat, kepala daerah bahkan kepala negara ucap sumpah/janji, langsung rakyat berharap momen ini sebagai kesempatan terakhir bagi ybs.

Sejarah bergulir selaju pergantian waktu. Jalan pintas masih menjadi andalan, pilihan utama manusia politik nusantara. Modal tak percaya pada diri sendiri. Model low politics sebagai nilai jual berhiba-hiba. Bukan satria piningit yang merasa mendapat wahyu. Tapi sifat kestarianya melorot demi tujuan berpolitik. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar