IBU*)
(katakan dengan senyum)
Melihat aku bahagia, ibu cuma
tersenyum
Melihat aku menderita, ibu
sangat merasakan penderitaanku
DALAM KANDUNGAN
Sejak dalam kandungan aku sudah terbiasa berontak
Dengan kaki aku belajar menyepak
Dengan tangan aku belajar menyentak
Tanpa kenal waktu aku selalu bergolak
Kiri kanan berputar pindah gerak
Tak pernah berhenti walau sejenak
Berbulan-bulan perut ibu aku acak
Memacu jantung ibu cepat berdetak
Setiap saat ibu selalu terhenyak
Tidur pun tak pernah nyenyak
Mau duduk, mau berdiri, mau rebahan serba tak enak
Jalan pun sulit tegak
Kandungan ibu semakin bengkak
Kandungan ibu semakin sesak
Derita ibu semakin pepak
Perjalanan waktu terasa merangkak
Kata dokter waktu persalinan ngacu ilmu falak
Derita ibu sampai puncak
Soal hidup dan mati tanpa jarak
Ketika aku keluar menyibak
Ketika aku lahir menyeruak
Tangis jabang bayi sebagai awal kontrak
Disambut riang dan suka cita bapak
Derita ibu baru selesai satu babak
(ibu hanya tersenyum melihat diriku)
ASUPAN ASI
Hari pertama aku hidup di dunia disambut suara decak
Ada suara bisik kerabat sanak
Ada yang bilang aku mirip ibu, mirip bapak
Aku menjadi pusat perhatian khalayak
Aku bisa mulai melihat tanpa membelalak
Aku habiskan waktu 24 jam sehari dengan tergolek
nyenyak
Haus lapar tinggal tangis sampai serak
Tempat tidur jadi tempat berak
Kasur basah ompol penuh bercak
Aku tak mampu buang ingus dan dahak
Ketika aku mulai bisa merangkak
Kian kemari main tabrak
Kucoba berdiri seolah tonggak
Langkahku disambut sorak
Jatuh bangun langkahku disambut gelak
Asupan ASI sampai aku bisa jalan tegak
Kuhisap puting ibu sampai bengkak
Apa yang aku minta ibu tak bisa mengelak
Semua keinginanku ibu tak mampu menolak
Walau aku bukannya berlagak
Rasa lelah letih ibu tak pernah tampak
Pengorbanan ibu tanpa diminta demi anak
(ibu hanya tersenyum melihat diriku)
KETIKA AKU SAKIT
Ketika aku sakit ibu penuh cemas nan syak
Aku didekap terasa hati ibu bergejolak
Aku diusap sambil berdoa menahan isak
Begitu aku sembuh ingin melonjak
Bergelayut menggapai pundak
(ibu hanya tersenyum melihat diriku)
MASA PUBER
Lepas dari dunia kanak-kanak
Memasuki masa puber yang andalkan otak
Terkadang aku merasa tak punya watak
Melawan nasihat ibu dengan bentak
Tak jarang perhatian dan kasih sayang ibu aku
labrak
Agar tak direcokin ibu, aku pasang wajah galak
Seolah ada tradisi yang ingin aku dobrak
Seolah akulah yang punya hak
Ketika kutahu, betapa susah jadi ibu bijak
Ketika kusadar, memang susah jadi ibu berhati
lembut dan bertutur lunak
Ketika kufaham, di hati ibu cercaanku bagai onak
Ketika kumaklumi, apa gunanya sombong congkak
Aku merasa hidup bagai telur di ujung tombak
(ibu hanya tersenyum melihat diriku)
MASA DEWASA
Kutuntut dan kuraih ilmu setapak demi setapak
Untuk bekal melakoni kehidupan masa kelak
Aku tak ingin jadi orang bodoh yang terjebak
Dalam arus duniawi yang tak berpihak
Aku tak ingin jadi orang bodoh yang terinjak
Dalam kejamnya dunia yang semakin sulit ditebak
Aku tak ingin jadi orang bodoh yang terdepak
Dalam sulitnya hidup di dunia yang makin luluh
lantak
Aku tak ingin jadi orang bodoh yang terbudak
Dalam persaingan hidup di dunia bagai gelas retak
Aku tak ingin jadi orang bodoh yang tergeletak
Dalam kemelut dunia yang penuh gertak
Aku juga tak mau hidup bagai tukang pajak
Aku tetap ingin hidup di tempat bumi kupijak
(ibu hanya tersenyum melihat diriku)
MENJADI ORANGTUA
Peralihan generasi, usiaku ikut menanjak
Banyak sudah aku tinggalkan jejak
Terbayang betapa ternyata ibuku mewariskan umpak
Berguna dalam menggeluti nasib membina keluarga
kompak
Bermanfaat agar aku bisa berbuat banyak
Derita juang sebagai ibu baru terasa tampak
Sejarah berulang, ada sesuatu yang sulit dielak
Perjalanan hidup seolah sudah tercetak
Aku tinggal melakoni babak demi babak
Berurutan anakku lahir seolah kuajak
Ibuku menikmati usia senja tetap menjaga kontak
Curahan kasih sayangnya tak pernah sepi bagai ombak
Kasih sayang ibuku jika aku tampung akan mbludak
Aku tak mau air susu dibalas tuak
Aku tak ingin jabat tangan dibalas tepuk tapak
Habis manis sepah dibuang jelas aku tak hendak
Walau tak berharap tanpa kata telak
Aku tahu ibu ingin agar anak cucunya datang berarak
(ibu hanya tersenyum melihat diriku)
16 mei 2011
______________________________________________________________________ *)
penulis puisi oleh : Herwin Nur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar