sekali poli(ti)si sipil
tetap
Adalah beda kebiasaan, lain tata cara maupun pilihan aneka ragam adat plus tradisi
menjadi landasan kehidupan bermasyarakat. Akumulasinya akan mewarnai keragaman
praktik politik. Juga tidak. Kebalikan. Ekspresi budaya atau aturan main
politik mempengaruhi budi pekerti masyarakat.
Elite lokal, politik lokal plus ambisi lokalitas mampu merubah wajah
geo(logi)politik secara masif dan sadar diri. Koalisi pilpres tak laku bahkan
terabaikan. Bukti politik selaku badan hukum milik manusia ekonomi. Politik nasional
rasa mancanegara, bak wisatawan non-lokal. Pemancing devisa asing agar
nusantara setara alias mengglobal komersial plus.
Budaya olok-olok politik akibat kebablasan melek TIK, melek gadget.
Sekaligus membaptis gagal paham berkelanjutan. Kemunduran generasi bau tanah
kontra produktif dengan antisipasi bonus demografi. Atribut daya lokal
menentukan nasib partai politik yang mau buka cabang usaha.
Wawasan tidak harus luas. Berangkat dari sifat sentris beradat, skala
lokal, ragam warga homogen justru menjadi pondasi bermasyarakat, berbangsa. Kualifikasi
bernegara bersifat bongkar buang sesuai semua bisa diatur. Siapa banyak kursi
akan menentukan nasib negara lima tahunan.
Petugas partai atau sebutan lain yang tak bisa lebih jelek, membaptis modus
kambuhan, membaiat pola kader karbitan, orbitan, tiban. Lapor ke pihak
berwajib, berwenang malah tekor bin tombok. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar