Halaman

Kamis, 03 November 2022

gas air mata buaya tidak mematikan, beda dengan asap rokok

gas air mata buaya tidak mematikan, beda dengan asap rokok

Di negara berkemajuan mirip nusantara. Lokasi potensial jadi ajang amuk massa. Unjuk rasa buruh berbasis UU cipta kerja, aksi protes anak kampus sesuai jargon “setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Tempat  favorit tawuran  antar suporter kesebelasan daerah.

Masuk akal jika model pengasapan mengilhami penggunaan gas air mata buaya. Anggaran untuk barang habis pakai.

.  .  .  .  .

Selanjutnya simak kutipan  berita:

Asap rokok tewaskan 600 ribu orang per tahun

https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2010/11/101126_perokokpasif

26 November 2010

Asap rokok dapat menyebabkan penyakit dan kematian pada anak.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan tingkat kematian perokok pasif mencapai 600.000 jiwa per tahun, termasuk anak-anak atau sekitar 1 % dari angka kematian di dunia.

Riset terhadap dampak merokok bagi para perokok pasif ini merupakan yang pertama kali dilakukan.

Penelitian yang dipublikasikan hari ini, menggunakan data dari 192 negara.

WHO menyebutkan sekitar 40% anak-anak di dunia terpapar asap rokok dan lebih dari 30% orang dewasa menjadi perokok pasif.

Seperti perokok aktif, para perokok pasif juga dapat terkena penyakit jantung, gangguan pernapasan, dan kanker paru-paru.

Kekhawatiran terbesar dalam penelitian ini adalah dampak asap rokok terhadap anak-anak.Bahkan di negara yang memiliki aturan larangan merokok di tempat umum, anak-anak tetap terpapar asap rokok di rumah.

Anak-anak yang terpapar asap rokok akan memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi telinga, pneumonia, asma, dan sindrom kematian mendadak pada bayi.

WHO menyebutkan menerapkan peraturan larangan merokok di rumah sulit dilakukan. Langkah penting yang bisa dilakukan adalah mendorong orang tua melindungi anak dari asap rokok.

.  .  .  .  .

  Cukup sekian ketimbang ada asap nyasar. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar