gas air mata buaya tidak mematikan, beda dengan asap
rokok
Di negara berkemajuan mirip nusantara. Lokasi potensial jadi
ajang amuk massa. Unjuk rasa buruh berbasis UU
cipta kerja, aksi protes anak kampus sesuai jargon “setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat”. Tempat favorit tawuran antar suporter kesebelasan daerah.
Masuk akal jika model pengasapan mengilhami
penggunaan gas air mata buaya. Anggaran untuk barang habis pakai.
. . .
. .
Selanjutnya simak kutipan
berita:
Asap rokok tewaskan 600 ribu orang per tahun
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2010/11/101126_perokokpasif
26 November 2010
Asap rokok dapat menyebabkan penyakit dan kematian
pada anak.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan tingkat
kematian perokok pasif mencapai 600.000 jiwa per tahun, termasuk anak-anak atau
sekitar 1 % dari angka kematian di dunia.
Riset terhadap dampak merokok bagi para perokok
pasif ini merupakan yang pertama kali dilakukan.
Penelitian yang dipublikasikan hari ini,
menggunakan data dari 192 negara.
WHO menyebutkan sekitar 40%
anak-anak di dunia terpapar asap rokok dan lebih dari 30% orang dewasa menjadi
perokok pasif.
Seperti perokok aktif, para perokok pasif juga
dapat terkena penyakit jantung, gangguan pernapasan, dan kanker paru-paru.
Kekhawatiran terbesar dalam penelitian ini adalah
dampak asap rokok terhadap anak-anak.Bahkan di negara yang memiliki aturan
larangan merokok di tempat umum, anak-anak tetap terpapar asap rokok di rumah.
Anak-anak yang terpapar asap rokok akan memiliki
risiko lebih tinggi terkena infeksi telinga, pneumonia, asma, dan
sindrom kematian mendadak pada bayi.
WHO menyebutkan menerapkan peraturan larangan
merokok di rumah sulit dilakukan. Langkah penting yang bisa dilakukan adalah
mendorong orang tua melindungi anak dari asap rokok.
. . .
. .
Cukup sekian
ketimbang ada asap nyasar. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar